Lihat ke Halaman Asli

Aprilia Angel

welcome to my random world.

Review Film "Pertaruhan" Karya Khristo D Alam

Diperbarui: 6 Januari 2022   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film merupakan salah satu media komunikasi yang bersifat audio-visual, yang mana film ini bisa untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang sedang menontonnya. 

Film juga dianggap sebagai media komunikasi massa yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio-visual, film mampu menceritakan banyak hal dalam waktu yang singkat. 

Ketika menonton film, penonton pun akan dibawa seakan-akan mereka dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan lain di luar sana.

Film tidak hanya sebagai media hiburan atau media penghantar pesan-pesan kehidupan namun bagi pembuat film, film merupakan representasi dari apa yang telah mereka alami dan dengan membuat film mereka bisa membagikan kisahnya kepada penonton, serta berharap bahwa film yang mereka buat dapat diterima dengan baik, begitupun dengan makna yang coba mereka sampaikan.

Sebagai penghantar pesan, film memiliki banyak nilai-nilai yang patut untuk dipahami apalagi jika film tersebut mengangkat cerita tentang keluarga, yang sudah dipastikan banyak sekali nilai moral yang ada didalamnya. 

Kemarin, saya telah selesai menonton salah satu film Indonesia yang bertema tentang keluarga dan action yang berjudul "Pertaruhan". 

Film yang di sutradarai oleh Khristo D. Alam yang rilis tahun 2017 dalam naungan Ifi Sinema ini cukup menarik perhatian karena alur ceritanya yang sedikit berbeda dengan cerita keluarga lainnya. 

Film ini berkisah tentang satu keluarga dengan 4 anak yang bernama Ibra (Adipati Dolken), Elzan (Jefri Nichol), Amar (Aliando Syarief), dan Ical (Giulio Parengkuan) yang hidup bersama sang ayah (Tio Pakusadewo).

Awal kehidupan yang ditampilkan pada film ini tidak terlalu mencolok, namun cukup membuktikan bahwa kehidupan awal mereka bisa dikatakan baik-baik saja namun tidak lepas juga dari hal pergaulan, pergaulan tiga dari empat kakak beradik ini tergolong sangat bebas, kecuali si bungsu --Ical yang hanya mengikuti sang kakak dan rasa penasarannya yang tergolong tinggi. 

Ibra sebagai kakak tertua memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya karena masalah keuangan, begitupula dengan Elzan dan Amar. 

Dan kemudian mereka masing-masing mencari pekerjaan, Ibra dan Elzan yang bekerja di salah satu bar berbeda, Amar yang masih serabutan, dan Ical yang mengenyam pendidikan. Hingga akhirnya, ayah mereka jatuh sakit, sakit yang membutuhkan banyak uang untuk biaya pengobatan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline