Lihat ke Halaman Asli

Mencipta Mahluk baru

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencipta Mahluk Baru

Saat ini kemampuan kita cuma bisa menggambar, mendisain, lalu mewujudkannya dengan alat yang masih primitive, hingga lahirlah wayang, boneka, illustrasi, comics, mobil, motor, computer, berbagai produk dan juga robot yang masih berupa metal dan kabel-kabel. Bagaimana kalau teknologi kita sudah mencapai titik Rekayasa Genetik, Manipulasi RNA, DNA, Nano Technology dan lain-lain?. DNA - Deoxyribo Nucleic Acid Dari ide, mensketsa, menggambar dan mendisain mahluk baru ataupun mahluk legenda seperti naga, phoenix dan mahluk-mahluk yang belum kefikir lainnya lalu menjadikannya nyata? Lalu setelah bosan, bagaimana kalau kita membuat mahluk lebih cerdas dari manusia dan memberinya nama “adam versi 2” untuk tiap ras. Atau... ah, bagaimana kalau membuat bidadari/ bidadara cantik hasil dari rekayasa genetik yang kita lakukan lalu menjadikannya istri/ suami kita? Mungkinkah? Semuanya mungkin bila teknologi kita sudah super canggih! “Satu-satunya yang kekal dan abadi adalah perubahan itu sendiri” mencipta android Kalau saya menciptakan robot, tentunya untuk menjadi “abdi” atau pelayan saya, dengan memudahkan pekerjaan saya, tetapi tentunya robot ini biasanya lebih hebat dari pada saya sebagai penciptanya, mengapa? Ada kalanya saya ciptakan robot yang berguna untuk proses mengurus “atom yang beradiasi” hingga saya tidak perlu dekat dekat sumber radiasi, tetapi cukup robot itu yang saya perintahkan. Ada kalanya saya mencipta robot yang tak pernah lelah bekerja sepanjang waktu, bukankah robot memang tidak kenal lelah?. Kecuali habis batere atau energinya, tetapi lelah tidak identik dengan kehabisan energi. Tetapi, apa yang terjadi saat saya menciptakan robot yang punya “AI” singkatan dari Artificial intelligence atau kecerdasan buatan? Tentunya, robot yang punya tampilan luar tersendiri tersebut mulai belajar dari nol seperti kita dari kecil, mengumpulkan pengalaman, ilmu dan sebagainya hingga menjadi punya “mind karakter” atau nyawa sendiri bagi orang agamis menyebutnya (^_^). Pada saat si pencipta tahu bahwa ternyata para robot yang diberi “AI” ini ternyata “istimewa” seperti penciptanya, maka mereka mulai memutuskan untuk para robot membentuk koloni sendiri dan mulai hidup mandiri. Tentu saja robot yang cerdas tadi akan bisa memproduksi sendiri robot-robot lainnya yang justru semakin canggih dan canggih saja tiap generasi selanjutnya, dan suatu saat, mereka akan membuat tubuh mereka efisien (rekayasa genetik). Tidak perlu memproduksi robot di pabrik lagi, tetapi secara mobile yaitu dengan membuat jenis kelamin, yang wanita sebagai mobile produksi yang telah siap dengan telurnya, yang pria sebagai pemberi sperma untuk memulai proses rantai reaksi pembuatan Robot secara mobile (bisa bergerak dan dimana saja). itu kalau robot yang mungkin bentuknya sudah berupa silicon organik, silikon organic? mana ada, namanya juga imajinasi, lalu bagaimana dengan manusia?, sepertinya sama saja sebagai analogi (^_^). Well, itulah fikiran liarnya, tentu akan ada yang beda pendapat, dipersilakan, disitulah uniknya. “Bila kita tidak mampu memaksimalkan otak logika maka kembangkan lebih jauh untuk berkreasi dan berimajinasi menggunakan otak kreasi dan emosi tentang masa depan maka otak manapun yang kita kembangkan, kita akan menjadi open mind pada analisa, fakta, theory, kreasi dan kebijaksanaan untuk menemukan jalan perdamaian, kemanusiaan yang tinggi dan kebijaksanaan yang belum pernah kita capai sebelumnya” angel michael Copyright 2005 - now,  angel.michael@rocketmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline