Solidaritas pada hakekatnya merupakan sikap yang dimiliki oleh manusia dalam kaitannya dengan ungkapan perasaaan manusia atas rasa serasih dan sepenanggungan terhadap orang lain maupun kelompok sendiri. Jika kita lihat dan amati, orang batak terkenal dengan suaranya yang lantang dan omongannya dan blak-blakan. Tetapi orang batak itu hatinya tidak sekeras penampilan luarnya. Selain ramah kepada orang-orang sekitarnya, kepribadian orang batak sangat menarik dan membuat orang-orang sekitarnya, ingin lebih dekat mengenalnya. Ambisius dan pekerja keras. Mungkin sebagian besar orang batak berani merantau keluar kota, karena mereka adalah seorang yang ambisius dalam meraih suksesnya karena dibalik itu semua, ada tujuan yang sangat berarti bagi mereka. Selain untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, membahagiakan orangtua juga menjadi prioritas utama, untuk sebagian besar orang batak diperantauan. Keluarga juga menjadi yang utama bagi orang batak. Demi keluarga mereka rela bekerja keras agar keluarga mereka bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Konsep solidaritas sosial menurut Emile Durkheim (dalam Lawang, 1994 : 181) menyatakan bahwa, Solidaritas sosial merupakan suatu keadaan individu/kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuatkan oleh pengalaman emosional bersama. Masyarakat Batak di didik oleh orangtuanya untuk siap mental merantau pergi dari kampung halamannya di bekali dengan konsep hamoraon (kekayaan), hagabeon (kesejahteraan), dan hasangapon (kehormatan) yang dalam budaya Batak menjadi dasar utama untuk merantau keluar dari kampung halaman. Sistem kekerabatan seperti ; ikatan darah, semarga, satu suku bangsa batak dan ikatan kerabat Dalihan Na Tolu (Filosofis/wawasan sosial-kulturan yang menyangkut masyarakat dan budaya batak). Atau sistem kekerabatan orang Batak Toba). Inilah yang menjadikan terbentuknya solidaritas di perantauan, ditunjukkan dari rasa kekeluargaan dan gotong royong.
Suku Batak merupakan salah satu kelompok etnik terbaik di Indonesia. Kategori dari suku batak adalah Angkola, Karo, Mandailing, Pakpak/Dairi, Simalungun dan Toba. Saya sebagai orang batak sangat salut dengan prinsip yang mengatakan "Pantang Pulang Sebelum Sukses". Dan sebagai anak perantau juga, saya sangat merasakan begitu pentingnya sebuah prinsip dalam hidup sebagai anak rantau yang tinggal jauh dari orangtua. Ketika kita tidak mempunyai prinsip dalam hidup, pasti akan sulit untuk beradaptasi dan menerima keadaan serta menjalaninya dengan tulus. Dampaknya menjadi tekanan yang tak terduga, hingga pada akhirnya dapat terjerumus dalam dunia gelap yang menyesatkan kita sebagai anak rantau ke jalan yang salah. Maka dari itu sebagai anak rantau harus ambisius dalam mengejar kesuksesan dan ketika kita menemukan sukses kita, Orang yang pertama sekali bangga terhadap kita itu adalah orang yang selalu menjadi system support kita (orangtua).
Semangat Buat Anak Rantau, akan ada sebuah hasil ketika kalian tulus menjalaninya.
Tetaplah bersyukur dan selalu berdoa :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H