Lihat ke Halaman Asli

Angelline Kezia

Universitas Airlangga

Dunia Bawah Selimut

Diperbarui: 4 Oktober 2022   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Jangan lari.. mama sudah tahu kemana harus mencarimu."

Kata yang selalu timbul dalam benakku tiap aku berbuat salah dan bersiap lari dari hukuman, ketika aku kecil hingga remaja. 

Sayang, kini lama tak lagi kudengar kata- kata itu. Aku tak bisa tinggal bersama mama dan papa ku. Terkadang, untuk meraih apa yang kita harapkan, kita harus melepas apa yg sudah kita miliki. Demi ilmu dan cita-citaku, sejenak aku harus jauh dari mereka berdua.

Kalau kabar mama dan bapak, aku tahu jelas mereka baik dan sehat dari video call meski aku tak tahu apakah yang dikatakan mereka benar adanya. Hanya, ada hal lain yang ku rindukan.. yang tak bisa ku ajak video call.. yang kalau aku cerita, dia hanya diam dan entah dia dengar atau tidak.. yang selalu jadi teman tidur ku. 

Hii... hii... selimutku yang lucu. 

Oh, apakah kamu masih wangi? Masih lembut kah? Aku yakin pasti sekarang kamu terlipat rapi dalam lemari karena tak mungkin membawamu bersamaku kali ini.

"Kamu sudah beranjak dewasa, sudah harus belajar hidup mandiri. Tinggalkan dunia bawah selimut ituu..."

Haa... baris awal kata-kata mama itu masih bisa ku upayakan meski beban, tapi baris selanjutnya? Dunia bawah selimut ku? Sulit.

Bagiku, itu adalah tempat persembunyian paling aman, tempat kau bisa menangis tanpa ada yang tahu sudah berapa liter air mata yang keluar, tempat untuk bebas berkhayal, berimajinasi, dan merancang mimpi sebelum tidur. Ada dunia yg beda, dimana hanya ada kamu dan semua perenungan-perenunganmu.

Dulu, tak sengaja aku memecahkan gelas kesukaan mama. Gelas couple yg ada 2 buah, yang satu ada tulisan "mama" dan satunya lagi "papa". Suatu waktu, gelas bertuliskan "papa" tak sengaja pecah waktu dicuci bibi, jadi aku putuskan untuk memecahkan pasangannya, gelas bertuliskan "mama". Aku benar-benar memecahkannya dengan sengaja. Pikirku, kalau satu pecah, maka pasangannya harus pecah juga kan ya? Alhasil, mama ngomel panjang dan lebar karenanya. Ya itulah wanita, mampu berorasi tanpa predikasi, mampu pidato tanpa skenario. 

Kalau sudah begitu, aku langsung lari masuk kamar, naik ke ranjang, dan menelusup ke bawah selimutku. Perasaan takut, tegang, juga penasaran barang apa yg dibawa mama untuk memukul pantatku. Mama batal marah lihat tingkah lucuku.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline