Lihat ke Halaman Asli

Paint the Pain

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I.PROLOG

Lebih dari dua tahun Nick dan Hyurin bersama sebagai pasangan dan selama itu pula tak ada yang mengetahui hubungan mereka kecuali tiga orang sahabat Nick dan seorang sahabat Hyurin. Ada tujuan tersendiri mengapa mereka menyembunyikan status itu, alasannya karena Nick adalah salah satu keluarga kerajaan dimana media akan terus meliput hubungan mereka apabila halayak umum mengetahuinya.

Cukup sulit untuk menjadi anggota kerajaan karena semua ada aturan dalam perilaku, tata krama, maupun dalam percintaan. Tidak menutup kemungkinan apabila anggota kerajaan meniikahi yang bukan anggota kerajaan, namun orang tersebut harus siap menjadi anggota kerajaan dengan segala kewajiban yang harus dilaksanakan. Hyurin seorang pianist tidak mungkin melepaskan cita-citanya untuk menjadi pianist terkenal demi tugas kerajaan. Di sisi lain, Hyurin sangat mencintai Nick dan begitu pula sebaliknya.

II.TAMAN BERMAIN

Malam itu terasa dingin, hembusan angin menerpa setiap saat namun itu tidak menjadi halangan untuk Hyurin pergi. Dengan jaket tebal berwarna biru tua, lengkap dengan sarung tangan tebal berwarna coklat yang ia kenakan, nampak jelas Hyurin siap menghadapi angin malam saat itu. Lebih dari satu jam Hyurin berjalan, tak banyak hal yang dipikirkannya. Ia lebih memilih berjalan dengan tenang.

Sampailah ia di sebuah taman bermain dengan tiga perosotan yang mulai kusam seperti tak terawat, dua buah ayunan tergantung dengan simpulan tambang yang kuat, dan sebagainya yang indah bila diliat sembari mengingat masa kecil. Hyurin pergi tanpa alasan yang jelas, ia hanya ingin sendiri, duduk di ayunan tanpa memainkannya, hanya ada angin malam yang dingin membantu Hyurin menggoyankan ayunan itu.

“Tanpa alasan yang jelas, kau lari ke taman ini dan merenung,” suara yang tanpa disadari Hyurin terdengar.

“Ya?” spontan Hyurin menjawab dengan pertanyaan karena ia tidak menyangka akan ada orang di sebelahnya yang sedang duduk di ayunan juga.

“Iya, kau pasti juga lari dari masalah atau kau tidak tau harus berbuat apa saat ini,” kata orang itu.

“Aku… aku tidak lari dari masalah, hanya saja aku butuh tempat untuk sendiri saat ini,” jawab Hyurin yang saat itu tidak merasakan adanya kejahatan dari orang itu walau sudah malam.

“Sama saja seperti aku tapi kau nampak sedang tidak baik. Omong-omong, namaku Nick, dan kau?” tak butuh waktu lama untuk orang itu memperkenalkan diri.

“Oh ya, Hyurin. Masalahku hanya butuh waktu untuk berpikir sendiri, aku tidak lari namun aku butuh waktuku untuk sendiri. Kau asal mana?” hanya dalam sesaat tak ada rasa ragu untuk menjadikan ini sebuah obrolan malam.

“Dari Jungpow,” jawab Nick singkat.

Jungpow adalah kota yang terkenal akan kerjaninan anyaman dan kesenian budaya. Terdapat sebuah gunung yang terkenal akan keindahannya di waktu malam hari yaitu gunung Mortimer. Ketika malam, akan banyak kunang-kunang berterbangan membentuk sebuah formasi unik yang berbeda tiap malam, namun hanya bisa di lihat di kaki gunung ketika hari cerah. Jungpow juga terkenal akan letak sebuah kerajaan yang telah ada selama dua puluh tiga generasi maka tak heran apabila wilayah itu cukup kental dengan suasana budaya dari kerajaan.

“Jungpow?” nada tinggi agak menahan dari mulut Hyurin.

“Ya, kau sendiri?” tanya Nick lembut.

“Sama sepertimu, tahun ini aku juga akan SMA disana,” jawab Hyurin.

“Kebetulan sekali, nampaknya kita akan menjadi teman, aku baru saja masuk SMA disana satu tahun yang lalu,” jelas Nick dengan senyum dan lengsung pipit kecilnya.

Keheningan menyerang mereka berdua sejenak, nampak Hyurin berpikir mendalam dan mencerna semua. Hyurin jarang berteman, ia hanya punya seorang sahabat. Untuk Nick, ia sedikit ragu namun rasa nyaman ketika berbicara dengan Nick membuat Hyurin lebih membuka diri.

“Kau tau, aku jarang mempunyai teman dekat dan nampaknya kau beruntung. Baru kali ini aku merasakan apa yang sudah lama tak kurasakan,” dengan senyum malu, Hyurin mengungkapkannya.

“Yaa, aku memang beruntung bisa menemukanmu di saat dan di tempat seperti ini,” jawab Nick.

“Kau akan ambil jurusan apa nanti?” tanya Nick, mencari topik pembicaraan.

“Musik, aku seorang pianist,” jawab Hyurin singkat

“Musik? Pianist?” tanya ragu datang dari mulut Nick.

“Iya, memang kenapa? Kau sendiri ambil apa?”

“Tidak apa, dari dulu aku senang mendengar musik dan ingin mempelajarinya tetapi hal itu sedikit sulit bagiku jadi aku cukup menjadi penggemar musik. Jurusanku seni rupa, aku senang dengan memahat,” jelas Nick.

“Menarik juga jurusanmu, aku harap kita bisa bertemu lagi nanti. Kau membuatku sedikit tenang malam ini walau baru kenal,” balas Hyurin.

“Ya, dan kau membuat kebosananku pergi malam ini,”

Malam semakin larut dan hembusan angin yang kuat telah berubah menjadi turunnya hujan yang ganas. Hyurin segara berlari ke terminal bus terdekat dan di ikuti oleh Nick, rumah mereka searah dan bus yang mereka naiki pun sama. Halte mini pinggiran kota dengan catnya yang pudar namun cukup nyaman untuk menunggu bus. Lima belas menit kemudian, bus nomer 137 pun datang, itulah jurusan bus yang akan mengantar mereka kembali ke Jungpow

Tak banyak hal yang dapat dibahas ketika itu, Hyurin nampak kelelahan yang terukir jelas melalui sorotan matanya yang hanya menatap keluar jendela yang berembun. Nick pun tertidur di bangku sisi lain. Dua puluh menit kemudian, Hyurin pun turun dan tanpa membangunkan Nick namun Nick sadar ketika Hyurin turun dan berpura-pura untuk tetap tertidur. Nick mengukir senyum kecil dengan hembusan napas yang diikuti ‘terima kasih dan selamat malam Hyurin’. Kedua pintu bus tertutup secara otomatis dengan bunyi gesekan dan menandakan perpisahan Nick dan Hyurin malam itu

--

Taman bermain telah menjadi tempat favorit Hyurin menghabiskan waktu semenjak malam itu dan Nick juga sering hadir di tempat itu.

“Banyak hal untuk kita saling mengerti lebih jauh lagi dan sejauh ini aku memiliki banyak kesamaan dengan dirimu. Untuk pertama kali dalam hidupku untuk merasakan hal ini,” jelas Nick dengan penuh suara lembutnya.

“Nick, aku sudah cukup mengerti akan semua itu untuk saat ini, terutama mengenai dirimu,” jelas Hyurin.

(*the next story will be post next week)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline