Lihat ke Halaman Asli

Angelina Gabriella Suliyanto

Universitas Diponegoro

Panggung Kidul Bebas Stunting: Edukasi Pencegahan Stunting

Diperbarui: 18 Agustus 2022   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Semarang (17/08/22) -- Pada beberapa bulan yang lalu, media-media mainstream memberitakan perkataan presiden Jokowi mengenai permintaan agar para ibu tidak memiliki banyak anak. "Harus lebih dari tiga tahun. Jangan tiap tahun punya anak. Lebih dari tiga tahun" tegasnya dalam Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional 2022 di Medan, Sumatera Utara pada Kamis, 7 Juli 2022. 

Perkataan tersebut sempat menjadi perbincangan netizen lantaran dianggap menyudut kaum ibu. Namun maksud dari perkataan beliau adalah banyaknya kasus stunting di Indonesia. 

Menurut data Status Survey Gizi Indonesia (SSGI), pada tahun 2021 presentase stunting di Indonesia berada di angka 24,4%, masih jauh dengan target nasional 14% yang diharapkan dapat terwujud pada tahun 2024 nanti. Rencana ini juga disampaikan oleh presiden dalam pidato kenegaraannya pada 16 Agustus 2022.

Permasalahan stunting sendiri merupakan masalah lama yang telah ada sejak era kolonialisme, khususnya pasca berakhirnya program cultuurstelsel atau lebih dikenal sebagai tanam paksa. Ketika itu, banyak kasus kurang gizi di kalangan masyarakat pribumi sebagai dampak dari program gubernur jenderal Van den Bosch ini. 

Keadaan memburuk pasca krisis malaise melanda Hindia Belanda pada dekade 1930an, dimana bencana gizi buruk mulai menyebar ke kalangan masyarakat Eropa. 

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah kolonial Belanda kemudian membentuk Instituut voor de Volkvoeding (IVV) yang bertujuan untuk meneliti pengaruh gizi terhadap kesehatan serta mencari pangan alternatif di tengah krisis ekonomi yang melanda dunia ini. 

Lembaga ini kemudian berubah menjadi Lembaga Makanan Rakyat (LMR) pasca kemerdekaan atas prakarsa Dr. Leimena yang paham betul permasalahan gizi di masyarakat. 

Saat ini, pemerintah Indonesia membentuk TP2AK atau Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) dibawah Kedeputian Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia, Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) Republik Indonesia sebagai lembaga yang bertugas mengurangi angka kasus stunting.

Untuk membantu mencegah stunting, Universitas Diponegoro melalui mahasiswa Tim II KKN periode 2021/2022 memberikan edukasi mengenai bahaya stunting serta cara mengatasinya. 

Diantara program yang dicanangkan mahasiswa, para mahasiswa KKN wilayah Panggung Kidul mengadakan seminar yang berjudul "Anak Bebas Stunting dan Pentingnya Imunisasi: Investasi Masa Depan" yang menghadirkan drg. Isniya Nosartika, MDSc., Sp.Perio. selaku pembicara. Acara ini dihadiri oleh lurah panggung kidul beserta anggota Forum Kesehatan Kelurahan (FKK) dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline