Lihat ke Halaman Asli

Komentar Update Korban Fitnah Mantan Napi Koruptor Agus Sutondo

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum aku membahas istri Agus Sutondo yang DIDUGA jadi PNS melalui jalur khusus dan nepotisme di bawah kepemimpinan Badrul Kamal dan sewaktu dia jadi Anggota DPRD Depok, maka aku mau membahas ini dulu.

Tak menyangka, beberapa kader PDIP dan partai lain yang aku sodorkan link tulisan Pak Haji Agus Sutondo Belum Tiga Kali yang berjudul: "Menjawab Tuduhan Narapidana Kompasiana" cuma bisa tersenyum simpul dan tertawa kecut. Kata mereka satu suara: "Bisa saja dia ngelesnya."

Kemarin juga Pak Haji Agus Sutondo memposisikan dirinya sebagai korban fitnah dan pembunuhan karakter. Tak sembarangan bahwa fitnah itu katanya dilancarkan oleh oknum kader-kader PKS yang sakit hati karena tulisannya. Padahal yang sudah aku pernah bilang aku bukan kader PKS. Dan kalau Kompasioner tahu kader partai lain terutama dari PDIP Depok ada juga yang jadi korbannya. Bahkan tidak perlu jauh-jauh ada ada kompasioner sendiri yang jadi korban fitnahnya.
Kejadian itu di tahun lalu. Para Kompasioner saksi sejarah berkomentar di tulisan Kompasioner yang lain waktu menulis Sepenggal Puisi Untukmu Agus Sutondo, kemarin. Barulah dunia tahu bahwa sesungguhnya Pak Haji Sekali Agus Sutondo tak pernah malu untuk melancarkan fitnah kepada Kopasioner yang lain.
Sekarang aku tunjukkan komentar dari dua Kompasioner. Pertama dari Kompasioner Bunga Ilalang. Komentarnya aku tidak edit sama sekali.

A. Bunga ilalang (13 March 2013 19:17:40)
Qiqiqii..gak kenapa2 kok rame
Btw..agus sutondo mungin disudutkan banyak kompasianer akibat ulahnya sendiri pak doz..dan mungkin tak ada hub.nya dengan PKS..AS ini pernah bikin keributan di K dengan postingan copas..postingan hoax..kalo gak salah dia bikin pengumuman akan diselenggarakannya pernikahan antar kompasianer - dan pengumuman pernikahan itu bentuknya pengumuman resmi dan bukan candaan- kebayang gimana jika pasangan sah masing2 kompasianer membaca pengumuman tsb apa tidak jadi masalah? Atau jika orang tua atau saudara membaca pengumuman itu tidak akan terkejut?..trus banyak lagi fitnah lainnya..
Jadi apa yg didapat AS sekarang buah dari kelakuannya sendiri..
Salam
Itu komentar dari Bunga Ilalang. Sekarang adalah komentar yang paling mengejutkan sendiri dari korban langsung fitnah Pak Haji Belum Dua Kali Agus Sutondo setahun lalu.

Kompasioner Ibu Ira Oemar berkomentar di tulisan Kompasioner lain yang berjudul Sepenggal Puisi Untukmu Agus Sutondo pada tanggal 13 March 2013 15:11:10. Komentarnya tidak aku edit sam sekali. Biar pembaca Kompasiana yang menilai. Siapa sesungguhnya yang jadi korban fitnah.
B. Ira Oemar
Numpang di komen Tante Paku aaah…, males turun ke bawah, kakiku lagi capek, hehehee…
Tante Paku pasti tau sejarahnya Agus Sutondo, sebab Tante Paku adalah salah 1 dari 15 KORBAN FITNAH Agus Sutonda. Dan salah 2-nya adalah saya, hehehee…
Btw, saya malah baru tau Agus Sutondo itu mantan napi kasus korupsi.
Karena yg saya tau dia itu penulis di Kompasiana yg begitu punya akun lgsg genjot tulisannya tayang 5x - 6x dalam sehari. Lalu dalam tempo sebulan punya akun di Kompasiana, tulisannya selalu merajai kolom2 Teraktual, Bermanfaat, Menarik, dan Inspiratif. Bahkan pernah urutan pertama sampe urutan ke-5 dari masing2 kolom ter-ter-an itu didominasi tulisan Agus Sutondo.
Dia tayangkan tulisan2nya dari tengah malam sampe subuh, lalu dia kerahkan kloningan2nya yg jumlahnya hampir 30-an (waktu itu) dg bagi2 tugas, siapa yg memvote tulisan mana dan vote apa. Dengan begitu semua tulisannya bisa nangkring dan memndominasi semua kolom ter-ter-an.
Sampe akhirnya terbukalah kedoknya. Bukan hanya kedok itu saja, maksudnya bukan hanya kedok voting dg ngerahin kloningan, tapi juga kedok sumber tulisannya.
Ternyata tulisan di Google, Yahoo, Detik, dll dia tulis ulang lalu ditayangkan di Kompasiana. Lebih parahnya lagi, dia ambil tulisan sesama Kompasianer yg tayang beberapa hari sebelumnya, lalu dia otak atik paragrafnya dibolak balik, lalu ditayangkan di rubrik lain dari tulisan aslinya.
Ketika pemilik tulisan asli protes, eeeh…, bukannya meminta maaf malah menuduh si pemilik tulisan asli itu lah yg menjiplak. Akhirnya, kompasianer2 yg pernah “usil” membuka kedok plagiasi Agus Sutondo atau pernah “nyinyir” menggugat kepenulisannya, dia tuduh sebagai akun2 jahat yg punya kloningan (maling teriak maling).

Tidak tanggung2, tuduhan2 terhadap 15 Kompasianer itu dia lakukan lewat banyak tulisan (saat itu yg ketemu dan saya ungkap baru 4 tulisan tapi ternyata ada lebih dari 6), yang semuanya ditulis oleh akun kloningannya dan dikomentari bareng2 oleh kloningan2 lainnya.
Modus ini dilakukan tepat sehari setelah Agus Sutondo berpamitan utk tidak menulis lagi di Kompasiana.

Sebagai salah satu korban fitnah AS, saya kaget ketika pasca Idul Fitri dia aktif lagi dengan akun yg sama, dengan terlebih dahulu menghilangkan jejak, yaitu menghapus tulisannya yg terakhir dimana ia berpamitan utk tidak lagi menulis di Kompasiana.
Buat saya, AS tak lebih dari org jahat yg tega menuduh org lain plagiat sementara dialah plagiat itu sendiri. Orang yg menuduh org lain pelihara akhun kloningan, padahal dialah yg mengaku memanage akun2 kloningan. Orang yg tidak jijik men jilat ludah sendiri yg sdh mengatakan lewat tulisan bahwa akan pisah ranjang dg Kompasiana.
Kalo AS memang sdh sadar atas perbuatannya, seharusnya dia gentle meminta maaf pada kompasianer2 yg telah difitnahnya dan tidak main hapus tulisannya demi menghilangkan jejak.
****

Buat rekan2 yg pengin tau “sejarah” yg pernah ditorehkan Agus Sutondo, bisa dibaca di sini.
Saat itu saya terlambat membuat bantahan, karena selama 2 hari saya gak buka Kompasiana, ternyata selama 2 hari itu pula fitnah bertebaran tentang diri saya dan 14 Kompasianer lainnya.
Ternyata sebagian besar korban fitnah sdh membuat klarifikasi, tapi si AS melalui kloningannya tetap merajalela menebar fitnah. Tapi pasca ditayangkannya tulisan saya ini, karena disertai screen shoot dan bukti2, akun2 kloningan dia lgsg tidak bernai lagi muncul.
Saat itu salah satu Kompasianer yg tidak ikut difitnah, didasari rasa prihatin kemudian menggalang rekan2 Kompasianer lainnya utk melaporkan Agus Sutondo dg menyertakan link tulisan saya ini. http://media.kompasiana.com/new-media/2012/03/24/waspadalah-orang-gila-berkeliaran-di-kompasiana-admin-tolong-tangkap-mereka-448840.html
--
Jujur saja saya gak baca tulisan AS soal PKS dsb.
Sejak dia aktif kembali pasca lebaran September lalu, saya sengaja gak baca tulisan2nya, kuatir saya menemukan keganjilan semisal itu plagiasi atau fitnah, lalu saya gak bisa nahan diri utk mengkritik, lalu dia fitnah saya lagi. jadi saya sengaja menghindari baca tulisan AS, gak penting, gak mutu, orangnya sendiri saja sampe perlu mengerahkan kloningan utk membuat tulisannya terbaca orang lain.
Tapi kalo dia seorang KORUPTOR, saya malah baru tau dari puisi ini. Kalo gak ada puisi ini dan komentar2nya, saya gak tahu. Setahu saya sejak setahun yg lalu AS memang sdh aktif menulisa dg kritis atas kasus2 korupsi. Dulu yg banyak ditulis tentang Demokrat, karena waktu itu memang lagi issunya Demokrat. Lha kok ternyata dia juga koruptor toh? Ya gak pantaslah koruptor neriakin sesama koruptor. Saya gak bela partai politik apapun lho!
Jujur saja, kalo soal PKS, saya juga mengkritik keras dan saya pun diserang gerombolan akun baru yg membela membabi buta. Disini saya hanya sekedar mencoba memperkenalkan siapa Agus Sutondo yang sebenarnya. Negeri ini kan republik pelupa. Koruptor tahun lalu bisa jadi pejabat tahun depan. Plagiator dan tukang fitnah di Kompasiana, kini jadi sosok pahlawan baru. tapi mengingat yg komentar rata2 memang tidak tahu kasus2 setahun yang lalu, saya maklum.

Karena itu saya merasa perlu memberikan informasi yg berimbang soal siapa AS itu sebenarnya. Jangan sampe tukang curi karya orag lain lalu memfitnah orang yg dicuri sbg pencuri, eeeh…setelah vakum sekian bulan dari Kompasiana, lalu muncul lagi masih dg akun sama, jadi malah disanjung2 dan dipuja2. Itu saja. Apa yg saya tulis di artikel setahun yg lalu adalah fakta. Itu sebabnya AS menghilang berbulan2. Entah kenapa Admin tak memblokir akunnya dan hanya memblokir akun2 kloningannya.
***
Mungkin Elde bisa memaafkan, tetapi ternyata ada Kompasioner yang tak bisa memaafkan tingkah laku Pak Haji belum tiga kali Agus Sutondo dalam kasus-kasus lalu. Kompasioner bisa menilai sendiri. Dustanya berbalik kepada dirinya sendiri.
Salam Ala saya.
-
Bekasi

Diduga Agus Sutondo Amnesia dan sering membaca tulisan ini:

1. Agus Sutondo Jujurlah pada Dirimu Sendiri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline