Lihat ke Halaman Asli

angelicarori

Mahasiswa Universitas Sebelas Maret

Sibuk Mengais Eksistensi, Mahasiswa Lupa Jati Diri

Diperbarui: 4 Desember 2024   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sibuk Mengais Eksistensi, Mahasiswa Lupa Jati Diri

Culture Shock Mahasiswa Baru

Peralihan masa sekolah ke jenjang perguruan tinggi membuat mahasiswa penasaran apa hal yang akan dihadapi. Perbedaan sistem pembelajaran, cara berpakaian, dan sistematika pergaulan membuat mahasiswa disentak untuk cepat beradaptasi. Mahasiswa yang belum mempunyai rancangan akan kehidupan perkuliahan akan bingung dan mudah terbawa arus di dalam dunia perkuliahan ini. Rasa penasaran yang menggebu-gebu membuat mahasiswa ingin mengikuti semua kegiatan yang dirasa meningkatkan eksistensi diri. Mendaftar kesana-kemari dengan dalih meningkatkan potensi diri, tapi jika tidak dapat mengendalikan diri mahasiswa akan kesusahan dalam menghadapi semua yang terjadi.

Jebakan Eksistensi di dalam Pusaran Dunia Maya

Seiring berjalannya waktu, mahasiswa yang linglung akan cenderung terbawa arus dunia maya. Mahasiswa akan mengikuti apa pun yang dianggap sempurna bagi lingkungan sekitar, dan kemungkinan terburuknya bisa terjerumus dalam pergaulan yang tidak sesuai dan tidak terarah. Perbandingan sosial lingkungan sekitar sangat memengaruhi kehidupan mahasiswa, apalagi di media sosial. Jika terlalu larut dalam media sosial mahasiswa mungkin merasakan tekanan yang berlebih untuk selalu menampakkan kegiatan terbaiknya oleh lingkungan sekitarnya.

Media sosial telah menjadi cermin bagi para mahasiswa. Mereka berlomba-lomba mencari versi sempurna di mata orang lain, bukan sesuai kapasitasnya sendiri. Sebagai contoh, mereka akan mengunggah foto dan video yang menunjukkan kemewahan dan kesuksesan yang lebih dari kenyataan sebenarnya. Mereka mungkin akan menghabiskan waktu untuk mencari pengakuan dari orang lain.

Timbulnya Tekanan Sosial dan Mental

Perbandingan sosial yang tidak pernah berhenti di media sosial akan membuat mahasiswa tekanan mental. Mahasiswa akan terus merasa tidak cukup atas pencapaiannya, dan terus membandingkan kesuksesannya dengan orang lain. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi mahasiswa. Mahasiswa mungkin bisa mengalami stres, kecemasan yang berlebih dan sulit tidur akibat interaksi yang kurang sehat.

Interaksi kemanusiaan juga akan berubah antara dunia nyata dan maya. Mahasiswa yang sudah terjerumus cenderung lebih menghargai interaksi daring dibandingkan interaksi langsung di dunia nyata. Sebagai contoh, mahasiswa yang lebih aktif di organisasi, tetapi jika dihubungi tentang tugas perkuliahan sangat susah, dan cenderung abai. Hal ini dapat mengurangi kualitas hubungan mereka dengan keluarga, teman, dan lingkungan sekitar.

Kehilangan Jati Diri

Ketika mahasiswa terlalu sibuk mencari eksistensi, mereka akan kehilangan jati diri mereka sebagai mahasiswa yang teladan. Terkadang mahasiswa yang terlalu sibuk cenderung akan mengesampingkan tugas perkuliahan. Mereka akan lebih berfokus ke pengakuan dunia maya dan bukan dari minat pribadi mereka. Mereka juga akan mulai kehilangan nilai-nilai diri mereka sendiri karena lebih mementingkan pengakuan sempurna dari orang lain. Padahal, jati diri yang kuat dan autentik merupakan kunci sukses yang dimiliki setiap orang dengan jalan yang berbeda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline