Di tepi Sungai Kampar Kanan, tersembunyi di antara pepohonan yang rimbun, terletak sebuah keajaiban kuno yang menyimpan sejarah panjang di balik batu-batu putih. Candi Muara Takus, sebuah situs candi Buddha berusia ribuan tahun menjadi saksi bisu dari masa keemasan Sriwijaya. Candi ini terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia, Situs ini berjarak kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru.
Pagi itu, udara masih segar ketika Ana dan Budi memulai petualangan mereka ke Candi Muara Takus. Mereka telah mendengar banyak cerita tentang keindahan dan misteri situs purbakala tersebut dan kini mereka bersemangat untuk menjelajahinya.
Sesampainya di lokasi disambut oleh pemandangan megah sebuah kompleks candi yang terhampar di hadapan mereka. Dikelilingi oleh tembok batu putih yang kokoh, Candi Muara Takus terlihat anggun di bawah sinar matahari pagi.
Ana dan Budi memulai petualangan mereka dengan menjelajahi setiap sudut kompleks candi. Ana terpesona oleh arsitektur megah candi-candi tersebut sementara Budi lebih tertarik dengan cerita sejarah yang tersimpan di dalam dinding-dinding batu kuno.
Salah satu ilmu yang diperoleh adalah konon nama Muara Takus ini diambil dari nama anak sungai kecil bernama Takus yang bermuara di Sungai Kampar Kanan. Mereka berjalan melalui lorong-lorong sempit dan tangga-tangga curam dan menyaksikan relief-relief yang menceritakan kisah legendaris dari masa lampau. Setiap langkah mereka terasa seperti memasuki pintu gerbang menuju masa lalu yang penuh dengan kejayaan dan kebesaran.
Tak lupa, Ana dan Budi juga menikmati keindahan alam sekitar Candi Muara Takus, sungai yang mengalir di sebelahnya memberikan suasana tenang dan damai. Sementara hutan hijau yang melingkupi situs candi menambah kesan mistis dan misterius, beberapa hewan seperti kambing dan ayam bisa ditemui disekitar candi, semakin mendukung suasana pinggir desa.
Di tengah petualangan mereka, Ana dan Budi bertemu dengan seorang penduduk setempat yang menceritakan legenda tentang Candi Muara Takus. Mereka mendengarkan dengan penuh kagum sehingga terseret dalam alur cerita yang mengisahkan keajaiban dan keajaiban yang tersembunyi di dalam kompleks candi tersebut.
Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat, Ana dan Budi merasa sedih harus meninggalkan Candi Muara Takus. Namun, mereka membawa pulang kenangan indah dan pengalaman berharga yang akan mereka kenang seumur hidup.
Petualangan di Candi Muara Takus telah mengajarkan bahwa keindahan dan keajaiban tak hanya ditemukan dalam bentuk bangunan megah tetapi juga dalam sejarah dan cerita yang tersimpan di baliknya.
Mereka meninggalkan situs purbakala tersebut dengan hati yang penuh rasa syukur dan kekaguman akan kebesaran masa lampau. Pengalaman mengunjungi Candi Muara Takus ini menjadi salah satu perjalanan yang mengesankan bagi Ana dan Budi dalam pembelajaran tempat bersejarah di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H