Lihat ke Halaman Asli

angelfath ambarani

Mahasiswa Ilmu Gizi Universitas Hasanuddin

Pola Makan Sehat untuk Kesehatan Mental Optimal

Diperbarui: 24 September 2024   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pernahkah Anda berpikir bahwa apa yang Anda makan bukan hanya hari ini menentukan kesehatan Anda di masa depan? Pola makan seimbang lebih dari sekedar pilihan, ini adalah investasi jangka panjang untuk hidup yang lebih sehat dan energik.


Pola makan berperan penting dalam kesehatan mental, memengaruhi suasana hati, kognisi, dan risiko penyakit mental seperti depresi dan kecemasan. Pola makan yang buruk secara kebiasaan, seperti mengonsumsi makanan olahan Barat, juga secara independen dikaitkan dengan risiko depresi atau kecemasan yang lebih besar. Pola makan yang benar mendukung fungsi otak, namun pola makan yang salah dapat meningkatkan risiko gangguan mental.


Nutrisi penting untuk kesehatan mental antara lain asam lemak omega-3, vitamin B kompleks, dan antioksidan. Omega-3 yang ditemukan dalam ikan berlemak mendukung fungsi sinapsis di otak, dan vitamin B6, B12, dan asam folat diperlukan untuk produksi neurotransmitter seperti serotonin dan dopamin, yang mempengaruhi suasana hari. Antioksidan seperti vitamin C dan E melindungi otak dari stres oksidatif, yang dapat menyebabkan gangguan kognitif dan gangguan mood.


Konsep gut-brain axis menunjukkan sistem komunikasi yang rumit yang memastikan homeostatis pencernaan yang baik dan memengaruhi afek, motivasi, dan fungsi kognitif yang lebih tinggi. Konsep ini bertugas untuk mengawasi dan mengintegrasikan fungsi usus serta menghubungkan pusat-pusat emosional dan kognitif otak dengan fungsi dan mekanisme usus perifer seperti aktivasi imun, permeabilitas usus, refleks enterik, dan pensinyalan entero-endokrin bertanggung jawab atas sistem komunikasi GBA. Makanan probiotik yang kaya serat mendukung keseimbangan mikrobioma usus, yang mempengaruhi suasana hati dan kecemasan. Sebaliknya, pola makan tinggi gula dan lemak jenuh dapat merusak flora usus, menyebabkan peradangan, dan mempengaruhi kesehatan mental Anda.


Pola makan yang buruk, tinggi makanan olahan dan gula, dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Lonjakan kadar gula darah akibat mengonsumsi gula sederhana juga dapat berdampak negatif pada suasana hati Anda.


Mengatur pola makan seimbang seperti menerapkan diet mediterania, yang kaya akan sayur, buah, biji-bijian, dan lemak sehat, terbukti mengurangi risiko gangguan mental. Intervensi nutrisi melalui kebiasaan makan yang sehat dapat meningkatkan mood, mendukung fungsi otak, dan mencegah gangguan mental.

Referensi:

Carabotti, M., Scirocco, A., Maselli, M. A., & Severi, C. (2015). The gut-brain axis: interactions between enteric microbiota, central and enteric nervous systems. Annals of gastroenterology: quarterly publication of the Hellenic Society of Gastroenterology, 28(2), 203.


O'neil, A., Quirk, S. E., Housden, S., Brennan, S. L., Williams, L. J., Pasco, J. A., ... & Jacka, F. N. (2014). Relationship between diet and mental health in children and adolescents: a systematic review. American journal of public health, 104(10), e31-e42.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline