Lihat ke Halaman Asli

Meruginya Peternak akibat Lonjakan Harga Jagung di Masa Pandemi

Diperbarui: 16 Juni 2021   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Tinginya harga jagung yang merupakan komponen produksi pakan ternak membuat para peternak menjadi resah, salah satu penyebab kelangkaan pada jagung ini dikarenakan adanya pembatasan impor serta adanya gagal panen dikarenakan curah hujan yang tinggi. Harga jagung internasional naik sejak Oktober 2020 sampai dengan saat ini bahkan harga cenderung selalu naik, jarang mengalami penurunan.

Disatu sisi ini merupakan kabar gembira bagi petani jagung namun ini juga menjadi kabar buruk bagi para peternak, selain karena harga jagung yang terus meningkat justru diperparah lagi dengan harga telur yang tidak stabil. Di masa pandemi covid ini banyak diantara para peternak ayam petelur yang gulung tikar, mereka menjual ayamnya dikarenakan tidak sanggup memeberi makan ayam-ayam tersebut.

Harga jagung giling khusus pakan ternak mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Yakni dari Rp 4.500  menjadi Rp 5.850 per Kg. Tingginya harga jagung pakan, membuat peternak ayam mengeluh karena kenaikan harga pakan ini tidak seimbangan dengan harga telur ayam di pasaran. Penurunan harga telur merupakan dampak dari turunnya permintaan telur di pasaran akibat pandemi Covid-19 serta adanya pembatasan kegiatan masyarakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline