Perkembangan jurnalisme semakin pesat. Internet merupakan faktor utama pesatnya perkembangan jurnalisme. Mudahnya dalam mengakses infromasi melalui internet menjadi peluang untuk publik mengetahui bagaimana menulis dan menyebarluaskan informasi atau berita. Ruang – ruang informasi kini bukan lagi hanya milik para wartawan dan media melainkan juga warga biasa. Internet telah membuka kesempatan kepada setiap orang untuk menjadi orang yang menulis dan menyebarkan informasi. Adanya internet memberikan ruang bagi warga untuk berpartisipasi dalam penyebaran informasi dan berita. Peristiwa keterlibatan warga dalam dunia jurnalistik tersebut yang sering kita sebut dengan jurnalisme warga (citizen journalism).
Sebelum membahas jauh mengenai jurnalisme warga, maka ada baiknya untuk memahami apa itu yang dimaksud dengan jurnalisme warga (citizen journalism). Ada beberapa definisi terkait jurnalisme warga (citizen journalism), salah satunya datang dari Shane Boyman dan Chris Wilis dalam (Hamdani, 2014) yang menyatakan bahwa jurnalisme warga merupakan aktivitas warga yang memainkan peranan aktif dalam mengumpulkan, menganalisis, melaporkan dan menyebar luaskan berita kepada masyarakat luas. Selain itu Yudhapramesti dalam (Hamdani, 2014) jurnalisme warga juga didefinisikan sebagai proses jurnalisme warga biasa tanpa memandang latar belakang mereka. Individu dapat merencanakan, menggali, mengolah dan mempresentasikan berita dalam bentuk tulisan, gambar, foto, laporan lisan, video dan lainnya dalam juralisme warga. Dari kedua pengertian tersebut maka dapat dilihat adanya kemiripan pemikiran terkait jurnalisme warga. Paling tidak terdapat dua inti dari pengertian tentang jurnalisme warga. Pertama, partisipasi warga dalam kegiatan mengumpulkan dan mengolah berita baik dalam bentuk vieo atau lisan dan yang kedua bahwa konten yang disebarluaskan mengandung unsur kemenarikan bagi publik sehingga menarik publik untuk membaca.
Selain pengertian tersebut, menurut Pepih Nugraha (2012) terdapat beberapa unsur pada citizen journalism yaitu pertama, warga biasa adalah warga siapa saja dari golongan manapun misalnya bisa ibu rumah tangga, guru, pelajar, Pegawai Negeri Sipil, usahawan, dan lain-lain. Kedua yaitu jurnalis warga bukan wartawan profesional yang artinya tidak terlatih sebagai wartawan profesional semestinya. Ketiga, jurnalisme warga terkait fakta atau peristiwa yang terjadi dan benar-benar fakta yang dilaporkan atau benar-benar memuat peristiwa yang sebenarnya terjadi. Keempat, memiliki kepekaan atas fakta atau peristiwa yang terjadi, yang berarti memiliki kemampuan untuk melihat segala kemungkinan suatu peristiwa menjadi berita. Kelima, memiliki peralatan teknologi informasi yang mendukung seperti alat perekam untuk mewawancarai narasumber, juga kamera untuk memotret momen-momen penting, dan beberapa alat yang membantu proses peliputan berita. Kelima, yaitu memiliki kemampuan menulis atau melaporkan dan memiliki semangat berbagi informasi dengan yang lainnya. Unsur – unsur tersebut biasanya lekat dalam jurnalisme warga. Sehingga menjadi pedoman mengidentifikasi apakah tulisan atau berita yang ada merupakan jurnalisme warga atau bukan.
Adanya jurnalisme warga mau tidak mau memberikan berbagai konsekuensi. Salah satunya bagi para jurnalis, dengan adanya jurnalisme warga membuat para jurnalis harus berbagi ruang informasi dengan para citizen journalism khususnya di dalam sosial media. Selain itu, dengan adanya jurnalisme warga maka memberikan dampak terhadap metode jurnalistik terutama pada keakuratan informasi. Hal ini dikarenakan bahwa jurnalisme warga bisa berupa opini atau laporan peristiwa yang riskan dengan sisi subjektifitas. Jika sudah demikian maka pertanyaan yang muncul adalah apakah syarat – syarat yang harus dipenuhi warga untuk dapat dikatakan sebagai seorang jurnalis warga? Serta apa manfaat dari adanya jurnalisme warga?
Seorang dikatakan dapat mejadi seorang jurnalis warga ketika memiliki beberapa kriteria. Menurut Ishwara dalam Hamdani (2014) menyatakan ada tiga hal yang harus dipenuhi seseorang ketika ingin menjadi jurnalis warga. Pertama, seorang individu harus mengetahui hal yang menarik. Hal tersebut ditujukan supaya seorang jurnalis warga mampu menemukan hal yang menarik bagi publik sehingga ketika di lapangan mereka dapat menggali secara jeli dan teliti sehingga paparan informasi yang diberikan kepada publik akan lebih menarik publik untuk membacanya. Syarat yang kedua adalah individu selalu ingin tahu. Rasa keingin tahuan yang tinggi akan membuat seorang jurnalis warga lebih mendalam dalam penggalian data dan fakta untuk sebuah berita. Hal yang paling mendasar yang dapat dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan dengan konsep 5W dan 1 H. Syarat terakhir atau yang ketiga yaiutu seorang jurnalis warga harus memiliki kemampuan dalam observasi. Pengamatan yang kuat akan membantu menghasilkan berita yang lengkap dan menarik.
Selain adanya beberapa syarat, konsep jurnalisme warga tentunya memberikan keuntungan bagi warga. Beberapa keuntungan tersebut diantaranya yaitu bahwa keberadaan citizen journalism merupakan sarana untuk mencapai demokrasi. Kebebasan berekspresi dalam penyampaian berita tanpa ada ikatan dari pihak di luar si pembuat berita adalah hal yang ingin dicapai oleh Citizen journalism. Kedua, Kelebihan jurnalisme warga (citizen journalism) juga terkait dengan kecepatan menerima informasi. Kecepatan informasi dari publik bisa membantu instansi berita menerima dan mengolah informasi. Jurnalisme Warga muncul karena adanya kemudahan dalam mengakses informasi dan menyebarluaskannya. Media sosial seperti twitter,facebook menjadi media komunikasi yang sering dipakai para citizen untuk berbagi berita dan informasi terkait kejadian.
Menurut D.Lasica dalam tulisannya di Online Journalism Review dalam Sukartik (2016) membagi citizen journalism kedalam beberapa bentuk, yaitu satu, partisipasi audiens (seperti adanya komentar - komentar pengguna yang dilampirkan untuk mengomentari kisah berita, blog pribadi, foto atau video gambar yang ditangkap dari kamera Hp, atau berita lokal. Dua, berita independen dan informasi yang ditulis dalam website biasanya melalui portal berita online misalnya detik.com, tempo.co dan beberapa portal lainnya. Ketiga yaitu tulisan ringan seperti dalam millis dan email. Terakhir yaitu situs pemancar pribadi. Salah satu contoh bentuk jurnalisme warga yang dapat dilihat adalah adanya salah satu kanal kumpulan tulisan warga (jurnalisme warga) di salah satu portal berita online yaitu pada portal republika.co.id. Pada portal berita tersebut warga lebih dominan untuk mengarahlan tulisannya pada satu tema yaitu tentang politik.
Bila dikaji menggunakan syarat – syarat menjadi seorang jurnalis warga maka beberapa tulisan telah menemui syarat tersebut. Namun, masih ditemukan beberapa tulisan yang mengedepankan opini dan subjektivitas mereka. Salah satu inidkatornya subjektivitas tersebut adalah dengan membawa latar belakang spiritualitas penulis. Pada salah satu tulisan, penulis menggunakan kacamata agamanya. Sebenarnya hal ini lah yang menjadi kelemahan dalam tulisan jurnalisme warga.
(Gambar 1:kutipan tulisan yang mengandung subjektivitas penulis dilansir dari republika.co.id)
Selain itu, jurnalisme warga dapat ditemukan pada sosial media. Salah satunya melalui twitter. Pada sosial media twitter, jurnalisme warga ditemukan pada salah satu akun yang bernama Jogja Update. Akun tersebut mengundang para warga untuk memberikan informasi terkait berita atau kejadian yang ada selama 24 jam di Yogyakarta misalnya update tentang berita terbaru atau acara yang sedang dilaksanakan di Yogyakarta. (JogjaUpdate.com)
(Gambar 2: isi dari twitter Jogja Update)