Lihat ke Halaman Asli

Prosesi Menyambut Hari Raya Nyepi di Bali

Diperbarui: 6 Maret 2018   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi prosesi Melasti (Foto: Pixabay)

Biasanya, hari  besar agama dirayakan secara meriah, namun lain halnya dengan Nyepi. Ketika hari Nyepi, umat Hindu yang merayakannya wajib mematuhi empat brata penyepian atau Catur Brata Penyepian yakni amati geni (tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelangunan (tidak mendengarkan hiburan). Jadi suasana akan betul-betul sunyi pada hari itu.

Majelis tertinggi umat Hindu di Bali, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), mengeluarkan pedoman pelaksanaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1940 yang jatuh pada hari Sabtu, 17 Maret 2018. Dilansir dari CNNIndonesia , Ketua PHDI Provinsi Bali menyampaikan, pedoman tersebut merupakan hasil rapat pengurus harian dan anggota Forum Welaka atau kelompok pemikir PHDI Bali tentang rangkaian kegiatan ritual Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1940.

Disebutkan dalam pedoman tersebut, Nyepi diawali dengan mengadakan prosesi Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Segala sarana persembahyangan yang ada di Pura, diarak ke pantai, sumber mata air dan danau yang disucikan selama tiga hari, yakni 14-16 Maret 2018. Masing-masing desa adat dapat memilih salah satu dari tiga hari yang telah ditentukan. Adapun prosesi ini memiliki makna menyucikan benda yang disakralkan oleh umat Hindu.  

Prosesi berikutnya adalah Bhatara Nyejer, atau berdoa di Pura atau Bale Agung di masing-masing kawasan. Sehari menjelang Nyepi ada prosesi Tawur Kesanga atau Mecaru (persembahan kurban) yang akan berpusat di Pura Besakih. Kemudian akan dilanjutkan dengan prosesi Ngerupuk yang identik dengan pawai ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh merupakan patung berbentuk raksasa jahat yang bakal diarak menjelang hari Nyepi. Ngerupuk memiliki makna mengusir roh jahat Bhutakala.

Oleh petugas keamanan adat atau biasa disebut dengan pecalang, prosesi Catur Brata Penyepian akan diawasi secara ketat di bawah koordinasi pengurus desa adat setempat. Meski dalam waktu sehari satu pulau akan berhenti beraktivitas, banyak turis yang tetap berdatangan demi merasakan suasana khusyuk tersebut dan 18 Maret 2018, aktivitas di Pulau Dewata akan kembali seperti biasa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline