Aku mulai dari remah-remah kecil,
rapuh, terserak di hamparan gelap,
butiran tak berbentuk di lautan senyap,
tak dilirik, terabaikan dalam keremangan malam.
Tapi aku kumpulkan serpih demi serpih,
dalam sabar, dalam peluh yang tenang,
menyatukan yang remuk menjadi utuh,
menyulam harapan dari sisa yang hilang.
Dari remah yang tak dipandang,
aku belajar mengeja sinar perlahan,
membentuk cahaya dari tiap luka,
merangkai nyala dari tiap cerita.
Kini aku bukan lagi serpihan yang lemah,
tapi kilau kecil yang berani bersinar,
dari remukku tumbuh cahaya yang utuh,
menjadi lentera di batas yang sukar.
Dan meski aku berasal dari pecahan,
aku berdiri, menerangi dalam senyuman,
dari remah aku bangkit, menjadi cahaya,
menyusuri malam, menantang gulita.
Aku adalah remah-remah di sudut dunia,
tak terlihat, tertutup oleh langkah-langkah asing,
terhempas angin, tersapu waktu yang berlalu,
namun tetap ada, diam dalam senyap yang hening.
Tak semua mata ingin menatapku lama,
serpihan kecil, tak mencolok, tak gemerlap,
tapi di dalamku ada kisah yang bernyawa,
ada nilai yang bersembunyi di balik senyap.
Dari tiap runtuh aku belajar bertahan,
mengukir harapan di atas kelembutan debu,
berkeping-keping, namun tetap kupertahankan,
berharga, meski jarang dikenang oleh waktu.
Aku tak perlu menjadi besar atau megah,
cukup jadi diriku yang kecil namun setia,
sebab aku tahu di balik setiap remah,
tertanam nilai yang takkan sirna sia-sia.
Jadi biarkan aku tetap begini adanya,
remah-remah tak terlihat di jalan yang panjang,
sebab meski kecil, aku tetap berharga,
mengisi dunia dengan arti yang tenang.