Lihat ke Halaman Asli

Review Film: A Man Called Ahok

Diperbarui: 6 Februari 2020   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Skyegrid Media

Nama saya Angela Sunaryo dan saya adalah siswa kelas XI IPA 2 di SMA Dian Harapan Lippo Cikarang. Saya menonton film "A Man Called Ahok" di Orange County pada tanggal 15 November 2018 dengan jam tayang 18.30 WIB. Film ini menceritakan mengenai Basuki Tjahaja Purnama atau yang sering dipanggil Ahok  pada masa kecilnya hingga Ia menjadi seorang public figure.

Saat menonton film Ahok, saya dapat belajar mengenai moral-moral dalam hidup dan kenyataan yang sering terjadi di kalangan masyarakat golongan bawah. Orang yang kaya cenderung memikirkan keuntungan bagi dirinya sendiri.

Namun ayahnya Ahok, memerhatikan kondisi orang-orang yang tidak mampu dan memberi bantuan kepada mereka yang meminta pertolongan. Disini saya belajar untuk tidak egois dan menolong sesama. Saya sangat terinspirasi saat Ahok kecil menolong seorang wanita yang tengah hamil dan akan bersalin.

Ahok memiliki hati penuh belas kasihan sehingga berusaha mencari cara untuk memberi bantuan berupa uang kepada wanita tersebut. Usahanya terlihat saat ia memecah celengan miliknya dan milik adeknya yang membuat adeknya kesal. Namun disini Ahok tetap ingin menolong wanita yang akan melahirkan dan akhirnya wanita tersebut mengucapkan terimakasih.

Saya juga belajar kalau orang miskin kalah dengan orang kaya dan orang kaya kalah dengan orang yang memiliki kuasa. Karena banyaknya korupsi dan penggunaan uang semena-mena, Ahok merasa kesal dan ingin memperbaiki hal tersebut. Menurut saya disinilah Ahok menemukan panggilan hidupnya untuk menjadi seseorang yang memiliki kuasa untuk menegakkan keadilan.

Saya kagum akan keberanian Ahok dan pendiriannya yang kuat sehingga ia bisa menjadi seorang public figure yang kita kenal sekarang. Saya belajar bahwa apabila kita melakukan kebenaran, maka kita tidak perlu takut. Namun dalam setiap tindakan kita harus menjadi smart agar tidak diperdaya atau jatuh dalam rencana jahat orang lain.

Meski sekarang Ahok berada di dalam penjara, saya merasa bahwa ini adalah rencana Tuhan. Maka apabila sekarang Ahok sedang berada di lembah kekelaman, Tuhan tidak meninggalkan Ahok. Ahok sudah menjadi sosok yang dibanggakan oleh banyak hati warga Indonesia. Bukan karena sikapnya yang pemarah saja, namun juga keberanian untuk melakukan apa yang benar.

Saya juga terkesima pada perkataan ayahnya Ahok untuk tetap mencintai Indonesia. Disini saya merasa ayah Ahok sudah mengetahui bahwa tidak semua orang akan menyukai Ahok dan pasti ada orang yang ingin menjatuhkan Ahok.

Maka dari itu apapun kesalahan dan perbuatan yang membuat sakit hati Ahok, Ahok tetap mencintai Indonesia. Sesungguhnya itulah rasa nasionalisme yang ditanamkan pada setiap orang yang menontonnya.

Secara keseluruhan, menurut saya film ini cocok untuk ditonton oleh generasi muda karena moral-moral yang berada di film tersebut. Generasi sekarang merupakan generasi yang cenderung individualisme karena kecanggihan teknologi yang semakin pesat.

Namun sesungguhnya kita adalah manusia dan adalah makhluk sosial. Kita tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan. Film ini sangat menekankan untuk menolong sesame bukan untuk mendapat pertolongan balik. Namun dengan tulus membantu tanpa pamrih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline