Lihat ke Halaman Asli

Memaksakan Terlalu Banyak Kegiatan kepada Anak

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pada abad ke dua puluh satu, tampaknya mayoritas orangtua kelas menengah memutuskan bahwa mereka sebaiknya mati- matian bekerja dan kemudian untuk berjaga- jaga mereka memutuskan untuk menyuruh anak- anak mereka belajar mati- matian pula selain belajar di sekolah juga anak dipaksakan mengikuti pelajaran – pelajaran tambahan di luar jam sekolah. Pada umumnya mereka memperdalam materi pelajaran sekolah khususnya matematika, bahasa Inggris, dan computer.

Orangtua dapat saja mendorong anak- anak mereka sekuat tenaga, tanpa mempedulikan hasilnya dikemudian hari adalah orang dewasa sengsara yang tidak terlalu sukses dalam karier mereka itu pun bila mereka beruntung. Orangtua yang pemaksa akan menghasilkan anak- anak yang terpaksa pula melakukan belajar tanpa makna. Anak tersebut belajar hanya untuk menyenangkan hati orangtua tanpa mendengarkan kata hati mereka sendiri.

Anak –anak sibuk dalam kegiatan sejak fajar sampai larut malam. Akibatnyamerekatidak mempunyai kehidupan sosial atau ketrampilan sosial, tidak mempunyai sedikit pun untuk bersama keluarga, tumpul secara emosional Mereka tidak mudah berkawan, tidak mudah berkomunikasi, kehilangan perasaan aman, merasa tidak diterima dan pada intinya mereka haus akan sentuhan kasih dari orang- orang di sekelilingnya.

Bagi sebagian anak yang memiliki kecerdasan tinggi, bila mengalami hal tersebut tidaklah menjadi masalah besar karena mereka masih dapat mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik.Sebaliknya bagi anak- anak berdaya pikir “ Pas- Pasan dan Kurang” akan merepotkan banyak pihak, orangtua, guru dan dirinya sendiri. Guru dan orangtua merasa kesal , jengkel dan marah karena mendapatkan hasil belajar yang kurang memuaskan. Anak- anak pun tak kalah kesal dan jengkel . Mereka ungkapkan secara pasif maupun agresif. Ada yang menjadi malas bangun pagi , terlambat datang ke sekolah , malas belajar, nilai- nilai ulangan menurun, bahkan ada anak- anak yang memilih berontak pada keadaan dengan bersikap nakal, usil mengganggu teman, tidak mau mengerjakan tugas- tugas .

Orangtua bingung menghadapi keadaan demikian bahkan seringkali menyalahkan guru. Cara mengajarnya yang kurang dankesalahan guru yang sekecil apa pun dipermasalahkan. Dari pihak guru pun menyalahkan orangtua karena tidak peduli terhadap cara belajar anak di rumah, hanya mengandalkan guru di sekolah.

Mengapa orangtua tega memaksakan terlalu banyak kegiatan pada anak ?

Hal ini terjadi karena tuntutan zaman , sebagai refleksi peradaban termasuk di dalamnya sosial kemasyarakatan dan budaya sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan ekonomi, sangat terkait erat dengan wilayah sehingga ada tuntutan yang bersifat local, nasional, regional mau pun global.

Saat ini perkembangan teknologi tak dapat dibendung lagi seperti handphone, computer, dan internet sudah mewabah di seluruh penjuru dunia bahkan sampai ke pelosok desa. Orang dewasa dan anak- anak sudah akrab dengan benda- benda canggih tersebut.Hal ini tentu berpengaruh bagi perkembangan pendidikan dan akhlak anak- anak Dari internet anak- anakdapat menambah pengetahuan yang diinginkan dari yang positif mau pun negative.

Di samping menciptakan relevansi secara lateral / horizontal terhadap tuntutan lingkungan, pendidikan juga mengemban misi mempertinggi peradaban. Oleh karena itu , pendidikan juga harus mengupayakan relevansi secara vertical untuk menjamin peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan oleh peradaban secara timbal balik. Salah satu indicator peradaban adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi peradaban suatu bangsa maka semakin maju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa tersebut.

Sekolah berkembang mengikuti zaman sesuai yang diharapkan masyarakat itu sendiri. Sekolah saat ini menerapkan pendekatan yangkontekstual dan mandiri dalam menjabarkan dan mengembangkan ide- ide sesuai dengan aspirasi yang berkembang di lingkungannya bahkan tuntutan global.

Berbagai tuntutan yang harus dihadapi oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sehari- hari membuat banyak perubahan- perubahan, antara lain peningkatan kemampuan guru dalam pengetahuan dan ketrampilan, meningkat pula kompetensi yang ditargetkan pada siswa. Tuntutan nilai minimum tiap bidang studi yang harus dicapai siswa membuat orangtua khawatir, was- was terutama bila anaknya kurang pandai maka terjadilah hal- hal seperti di atas di mana anak dipaksa ikut berbagai kursusdan kegiatan. Orangtua berharap agar dapat mengoptimalkan kemampuan anaknya.

Berdasarkan keadaan demikian , kita harus mencari cara pemecahan masalahnya agar nasib anak- anak tidak bertambah parah. Disini perlu dibina komunikasi yang baik antar anak- anak, orangtua, dan guru. Komunikasi adalah tambang penolong yang dapat menarik anak- anak yang terjerembab dalam lobang ketidaknyamananbelajar.

Guru perlu mencari tahu apa yang menyebabkan anak- anak malas ke sekolah, datang terlambat, tidak mau belajar, dan nilai- nilai menurun.Guru harus dapat mendekati siswa tanpa memaksa . Bila masalah berasal dari guru, maka guru harus merefleksikan diri . Apakah cara mengajar yang kurang menarik? Atau sikap guru yang tanpa sadar telah memojokan siswa sehingga siswa merasa dihakimi, merasa tidak nyaman di sekolah. Hal ini menjadi Pekerjaan Rumah bagi guru tersebut.

Guru dan orangtua perlu membangun komunikasi dua arah. Guru perlu mengetahui masalah yang dihadapi orangtua siswa, lewat percakapan yang terjadi akan diketahui keadaannya. Guru akan mengerti permasalahan yang dihadapi. Ada kemungkinan Pertama, orangtua terlalu sibuk mencari uang sehingga tidak sempat mendampingi anak belajar di rumah sehingga mencari cara mengharuskan anak ikut kegiatan belajar tambahan di luar jam sekolah. Kedua , orangtua yang berambisi anak harus sukses seperti dirinya sendiri.

Memang kita tidak dapat menghalangi perbuatan- perbuatan mereka terhadap anak- anak karena itu hak mereka . Bagi mereka itulah yang terbaik. Tetapi kalau diteruskan apakah akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik? Terutama bagi perkembangan jiwa anak- anak itu sendiri. Siapa yang akan merasakanhasilnya?

Memang tidak mudah menjadi orangtua yang baik, banyak kendala- kendala yang menghadang. Oleh karena itu diperlukan pula komunikasi yang akrab antar orangtua dengan anak. Sebagai orangtua kita perlu mempunyai pengetahuan yang mendasar bahwa setiap anak membutuhkan perasaan aman, bernilai, berharga, dipahami, dan dicinta.

Orangtua dan guru mempunyai peran yang sama dalam mendidik anak- anak Kita perlu bersikap memahami dunia mereka. Menghargai mereka sebagai pribadi yang utuh. Dapat memberi rasa aman lewat sikap- sikap kita. Tindakan- tindakan orangtua merupakan contoh pelajaran bernilai yang dapat dicontoh oleh anak- anak. Anak- anak akan menghargai orang lain bila kita dapat menghargai mereka. Mereka ingin dipahami karena mereka tahu orangtua mencintai mereka.

Jadi, orangtua dapat menentukan kegiatan yang dilakukan anak- anaknya bermanfaat atau tidak. Orangtua yang penuh cinta terhadap anak akan penuh pertimbangan demi kemajuan anak- anaknya.

Oleh : Maria Imelda Wileri

Guru SD Maria Fransiska- Bekasi

Sumber dari :

1.Friel, John C dan Friel, Linda D ; Tujuh Kesalahan Terbesar Orangtua; Penerbit Kaifa,

2002.

2. Siwantari, Hadiyanto, Umaedi; Manajemen Berbasis Sekolah; Penerbit Universitas Ter

buka , 2008.

3. Pakasi, Soepartinah; Anak dan Perkembangannya; Penerbit PT Gramedia Jakarta, 1981

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline