Setelah melihat arah bola yang bergulir nampaknya kasus Al Maidah Ayat 51 cenderung berlebihan dan terkesan liar. Setelah Demo Front Pembela Islam atau FPI 14 oktober silam, gelombang berikutnya sudah disiapkan untuk tanggal 4 november nanti.
Hak untuk demonstrasi dan menyampaikan pendapat serta tuntutan memang sudah dijamin negara tetapi bagaimana jika tutuntan tersebut merembet ke mana-mana secara liar dengan alasan-alasan subyektif dan hanya pancingan provokatif?
Tengku: 2 Minggu Ahok Tidak Diproses, Presiden Kita Turunkan
Akun twitter @UlinYusron pun turut hadir memberikan informasi video kontroversial yang datang dari petinggi Majelis Ulama Indonesia. Petinggi MUI Tengku Zulkarnaen kembali menjadi sorotan pasca tersebarnya video ceramahnya yang mengancam pemimpin negara. Lewat video berdurasi 3 menit 34 detik ini, Tengku menyebut presiden sebagai target berikutnya jika Ahok tidak diperiksa aparat hukum.
Benar atau salahnya Ahok mari kita serahkan kepada Bareskrim Polri. Ahok sudah sukarela datang ke Bareskrim untuk diperiksa. Menurut saya bahkan demo tanggal 4 november sudah tidak lagi relevan karena sudah tercapai tujuannya. Yang lebih liar dan berbahaya lagi adalah menghubungkan kasus ini dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Menteri SBY: Demo Umat Islam Hanya Minta Ahok Dihukum, Jika Berimplikasi ke Jokowi Itu Takdir
Menteri Kehutanan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, MS Kaban, pun turut ambil suara dalam percakapan di twitter. Beliau menjelaskan jika imbas dari kasus ini adalah ke Jokowi adalah takdir.
Ahok dan Jokowi jelas dua orang yang berbeda. Hanya karena kedekatan mereka sebelumnya, bukan berarti imbas dari kasus ini bisa kemana-mana bukan? Coba bayangkan jika demo ditujukan bukan untuk Ahok. Mungkinkah Presiden akan terkena imbas?
Ketua PBNU Said Agil Siroj pun sudah dengan sangat jelas menghimbau untuk tidak mengikuti aksi unjuk rasa tersebut karena berpotensi rusuh bahkan menjatuhkan Presiden. Entah golongan atau kelompok mana lagi yang menunggangi gerakan ini bahkan sampai-sampai membawa Predisen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H