Lihat ke Halaman Asli

Filsafat; di Luar Manusia

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh : Annisa Nur Fadhillah

Pemikiran manusia yang terus menerus menunjukkan pola-pola yang unik tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh yang berada didalam dan luar diri manusia.Inspirasi yang didapat manusia tidak semata-mata muncul dari manusia itu sendiri. Begitulah dalam berfilsafat yakni ditujukan sebagai metode mengetahui pola pemikiran manusia. Aliran-aliran yang bermunculan dalam filsafat merupakan penggolongan pola pemikiran manusia secara garis umum. Dapat dikatakan juga sebagai mewakili pola pemikiran manusia.

Eksistensi manusia sebagai makhluk hidup yang istimewa karena mempunyai akal pikiran dan dapat terus dikembangkan menunjukkan tiap-tiap tingkatan pola pemikiran yang luas dalam keingintahuan yang tinggi. Tokoh besar dari filsafat yakni Satre mencetuskan fenomenologi realistikyang berpandangan dalam segi “eksistensial”. Menurut Satre (dalam Kamaluddin,2013:89) transendental justru mengembalikan bentuknya pada pola pikir “idealisme”, yaitu “alam idea” yang abstrak berperan dominan didalamnya. Hal tersebut semakin menjauhkan filsafat dari “realitas”. Dalam pernyataan ini, pola pemikiran Satre pada dasarnya adalah hakikat dari realitas. Realitas yang dimaksud adalah keberadaan sesuatu tersebut yang terlihat secara nyata dapat dimaknai keberadaannya. Dapat diketahui dasarnya jika wujudnya ada sehingga dapat dimaknai. Kesadaran terhadap keberadaaan dirinya sendiri bersifat “reflektif” yang menjadikan diri sebagai subjek atau tokoh utama dan keberadaan dirinya tergeser karena kesadaran akan adanya objek dipandang sebagai bersifat “non-reflektif” yang memperkuat bahwa sesuatu hal ada yang meyakini dalam pemaknaan didalam keberadaan yang terdapat pada diluar dirinya tersebut sehingga aliran pemikirannya yakni eksistensialisme.

Pandangan yang ada pada manusia juga mencapai titik yang berada disekitarnya. Artinya, pengaruh alam dalam pembentukan pola pemikiran manusia. Alam menjadi acuan utama sebagai hakikat yang sebenar-benarnya. Hal ini menekankan pada mekanisme pengetahuan yang bersifat empiris. Hal yang dapat dimaknai jika wujud dapat dibuktikan secara nyata. Dalam hal ini, fisik atau materi menjadi tolak ukur dalam mencapai suatu kebenaran. Kebenaran akan diakui jika nampak oleh indrawi dan pengalaman yang diluar dari dirinya merupakan hal yang jelas untuk diakui kebenarannya. Aliran pemikiran ini atas dasar pemikiran tokoh besar seperti Karl Max. Hal ini juga menunjukkan bahwa aliran materialisme dalam perilaku manusia tidak berasal darinya karena ada suatu sebab yang mendahuluinya (stimulus), yang menuntut untuk diberikan respons atau reaksi (Abidin,Zainal, 2011:27).

Pemikiran mengenai manusia yang memiliki unsur kompleksitas merupakan konsep yang dideskripsikan dengan banyak cara. Adapun cara yang melalui unsur yang diluar dirinya yakni fakta atau sesuatu yang ada berupa objek. Kesadaran akan adanya unsur-unsur yang ada diluar diri manusia dianggap sebagai cermin yang mengangkat kebenaran. Aliran yang mengkaji dari luar diri manusianya sebagai hal yang tampak pada manusia ini disebut aliran materialisme. Sedangkan aliran yang mengungkapkan hal-hal yang didalam dirinya yakni manusia menyadari bahwa sebagai subjek atau yang paling berperan dalam mencapai kualitas hidup serta memandang dirinya sendiri sebagai objek. Prespektif manusia ada yang melihat pola pemikiran dari dalam dirinya dan dari luar dirinya. Uraian diatas menunjukkan salah satu aliran yang menilai dari prespektif dari luar dirinya. Meskipun demikian Realitas itu penting namun, kesadaran akan adanya pengaruh dari dalam manusia yakni pikiran dan kesadaran akan kekuatan atau daya energi yang tersiratkan disetiap penampakan dan energi tersebut berasal dari dzat yang melebihi dari kadar kemampuan manusia akan memberikan pengaruh dalam pola pemikiran manusia. Aliran yang dimaksud adalah idealisme yang berkaitan dengan supranatural yang tidak dapat dijangkau oleh alam.

Sumber :

Kamaluddin, Undang Ahmad. Filsafat Manusia; Sebuah Perbandingan Islam dan Barat. 2013. Bandung: Pustaka Setia

Abidin,Zainal. Filsafat Manusia; Memahami Manusia Melalui Filsafat. 2011. Bandung: Remaja Rosdakarya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline