Lihat ke Halaman Asli

Overthinking di Masa Remaja

Diperbarui: 29 September 2021   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masa remaja adalah masa-masa dimana seseorang memasuki proses dewasa, masa yang dimana seseorang sudah bisa berfikir dan dipaksa tegar oleh keadaan dengan suatu takdir atau kenyataan suatu kehidupan. Dengan proses kehidupan yang keras, seorang remaja harus dituntut mandiri dan berfikir kritis dalam menyelesaikan atau menghadapi suatu masalah atau keadaan yang sedang terjadi.

Hal tersebut dapat membuat seorang remaja menjadi Overthinking. Overthinking pasti pernah dirasakan oleh semua orang termasuk saat memasuki masa-masa remaja yaitu masa dimana seseorang lagi mencari jati diri. Overthinking seorang remaja dapat disebabkan dari berbagai hal, entah itu tentang orangtua, percintaan, persahabatan, pekerjaan, sekolah, hobi, kuliah, karier, ataupun masih banyak lagi hal lain yang membuat remaja mengalami overthinking.

Lalu apa sebenarnya  yang dimaksud dengan Overthinking? Overthinking berasal dari 2 kata bahasa inggris yaitu Over dan Thinking. Over memiliki arti lebih dan Thinking memiliki arti pemikiran.  Overthinking menurut psikologi adalah memikirkan suatu hal secara berlebihan dan terus menerus.

Hal tersebut tentu dapat menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan mental seseorang, dan bisa terjadi juga selang berjalannya waktu akan mengganggu kesehatan fisik seorang yang sering melakukan overthinking. Selain itu, overthinking juga tentu sangat melelahkan teruntuk kepada otak dan pikiran. 

Ibarat mengangkat truk yang bermuatan baja. Hanya sia-sia dan tidak ada hasil baiknya. Sama halnya dengan overthinking atau memikirkan sesuatu secara berlebihan, yang ada hanya berbuah kecemasan, ke-khawatiran, dan rasa bimbang.

Terkadang sayapun juga sering terlibat dengan sifat overthinking, terlebih overthinking tentang masadepan. Saya suka berfikir berlebihan "gimana ya kelanjutan saya kedepannya", "saya nanti kerja apa ya", "sudah menginjak umur segini tapi masih tergantungan sama orangtua, sedangkan teman yang lain sudah banyak yang bekerja". Saya menyadari bahwa sifat tersebut hanya menimbulkan dampak buruk terhadap saya.

Seharusnya saya harus berfikir sewajarnya saja tentang bagaimana lanjut saya kedepannya, dan tentunya juga harus ikhtiar untuk menggapai harapan atau cita-cita saya. Teman saya pun juga banyak yang berkata kepada saya bahwa saya masih punya banyak waktu untuk mengejar karier dan semua orang pasti punya kelebihan di bidang masing-masing, dan bunga tidak mekar bersamaan.

Celakanya juga, mungkin banyak diantara kita yang mengalami hal serupa untuk case yang lebih tinggi tingkatnya. Bukan lagi sekedar overthinking tentang kelanjutan mau kerja apa dan dimana, tetapi bisa juga perihal pertemanan, hubungan percintaan, cara membahagiakan kedua orangtua, memilih menu makanan, menentukan program studi kuliah, menghadapi mata pelajaran yang sulit, bahkan bisa juga overthinking karena memilih foto/video  mana yang paling bagus untuk di Upload ke media sosial.

Munculnya overthinking kebanyakan menyebabkan susah tidur dan banyak lagi hal negative lainnya, dan yang bisa melawan dari overthinking tersebut itu hanya diri kita sendiri dan juga bantuan atau support baik dari orang tua ataupun lingkungan sekitar. Cara saya untuk melawan atau menghindari sifat overthinking biasanya saya buat untuk melakukan hobi ataupun sesuatu yang saya senangi. Seperti main bola, main game, olahraga, bermain musik, ataupun hal produktif lainnya.

Daftar Pustaka :

Widia, Ratna. 2020. "You Are Overthinking!: Pada Dasarnya, Semua Akan Baik-baik Saja" dalam Anak Hebat Indonesia (hlm. 1-3). Surakarta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline