Penyelenggaraan ajang MotoGP 2022 di Pertamina Mandalika International Street Circuit pada 18 Maret 2022 mendulang kesuksesan. Pasalnya seluruh tiket event tersebut ludes terjual. Menurut Simon Patterson, seorang jurnalis ternama asal Inggris, event prestisius di provinsi NTB ini mampu mendatangkan penonton sejumlah 102.801 orang.
Perhelatan MotoGP Mandalika juga mampu mempertunjukkan budaya Indonesia di tingkat internasional. Bagaimana tidak, aksi Mbak Rara yang berhasil melaksanakan tugasnya sebagai pawang hujan berhasil menarik perhatian penonton maupun pengguna sosial media. Bahkan, akun Twitter Moto GP ikut memberikan cuitan mengenai kehadiran pawang hujan tersebut.
Meskipun demikian, penyelenggaraan MotoGP Mandalika menuai beragam permasalahan. Beberapa isu sosial dan lingkungan mulai bermunculan yang berdampak pada masyarakat lokal. Padahal, ada banyak penulis yang mengindikasikan bahwa suksesnya sebuah acara olahraga dalam skala internasional dapat dibuktikan dengan melihat melalui persepsi masyarakat lokal (Lindberg & Johnson, 1997).
Degradasi Sosial -- Lingkungan di Event MotoGP Mandalika 2022
Salah satu permasalahan yang timbul adalah tingginya produksi sampah oleh penonton. Pemerintah Kabupaten Lombok menyatakan, pada penyelenggaraan MotoGP Mandalika didapatkan jumlah sampah organik maupun anorganik mencapai 51 ton. Meskipun telah disediakan tempat sampah di berbagai titik, sampah -- sampah masih berserakan di tribun penonton.
Isu sosial juga menjangkiti proses pelaksanaan event di Sirkuit Mandalika ini. Dalam pembangunan proyek sirkuit tersebut, telah terjadi berbagai tindakan agresif seperti perampasan dan penggusuran secara paksa. Pada 11 Desember 2021, warga Dusun Songgong, Desa Sukadana, Lombok Tengah melakukan aksi protes dengan merusak jalan bypass di bundaran Sirkuit Mandalika.
Aksi ini disebabkan karena keresahan mereka atas tertutupnya jalur pembuangan ke arah hilir akibat terhalang oleh bypass tersebut sehingga menyebabkan banjir yang menggenangi rumah -- rumah mereka.
Selain itu, untuk membangun proyek sirkuit Mandalika, banyak permukiman warga dan sumber mata pencaharian mereka ikut tergusur. Berdasarkan sumber yang dimiliki Olivier De Schutter, seorang Pelapor Khusus PBB untuk Kemiskinan Ekstrim dan HAM, pemeberian kompensasi warga yang tergusur belum juga dilakukan.
Referensi
Caiazza, R & Audretsch, D. (2015). Can a sport mega-event support hosting city's economic, socio-cultural and political development. Tourism Management Perspectives 14 (2015) 1--2. DOI: http://dx.doi.org/10.1016/j.tmp.2015.01.001 2211-9736/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H