Lihat ke Halaman Asli

Keunikan Festival Tabot di Bengkulu

Diperbarui: 14 Desember 2019   15:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bengkulu merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak di bagian barat daya Pulau Sumatera. Dalam rangka menyambut tahun baru islam, masyarakat Bengkulu memiliki tradisi yang dikenal  dengan nama tabot. Festival tabot bertujuan untuk mengenang kisah kepahlawanan dan meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib  dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang karbala, irak pada tanggal 10 muharam 61 hijriah. Festival Tabot ini di laksanakan setiap tahun pada tanggal 1-10 muharram.

Perayaan tabot di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syeh Burhanudin yang dikenal sebagai imam senggolo pada tahun 1685. Syeh Burhanudin menikah dengan wanita dari Bengkulu kemudian keturunan mereka disebut sebagai keluarga tabot. Hingga  saat ini keturunan imam senggolo tetap melestarikan ritual tabot di Bengkulu sehingga pemerintah daerah menetapkannya sebagai agenda wisatawan.

Upacara Tabot memiliki beberapa rangkaian proses yang harus dilakukan, yaitu: mengambil tanah, duduk penja, menjara, mrandai, arak penja, arak serban, GAM (masa berkabung) dan arak gandang serta tabot terbuang. Upacara Tabot ini mengandung aspek ritual dan non-ritual. Aspek ritual hanya boleh dilakukan oleh keluarga keturunan tertentu yang dipimpin oleh sesepuh keturunannya langsung, serta memiliki ketentuan-ketentuan khusus dan norma-norma yang harus ditaati oleh mereka. Sedangkan aspek non-ritual dapat diikuti oleh siapa saja. Untuk perayaan non ritual biasanya akan diisi dengan beragam agenda seperti bazar, pawai, perlombaan hingga ritual budaya religi.

Biasanya setiap diadakannya festival tabot, masyarakat berbondong-bondong menyaksikan rangkaian proses tabot dari awal sampai akhir. Akan tetapi ada juga yang beranggapan tradisi tabot ini hanya mistis. Sebagian masyarakat tidak percaya dengan tradisi tabot yang dilakukan oleh para pemuka adat. Sebagian besar masyarakat kota Bengkulu menganggap tradisi tabot menjadi tradisi yang wajib dilakukan setiap tahun. Jika festival tabot tidak dilakukan, masyarakat takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan di kota Bengkulu.

Masyarakat Kota Bengkulu sangat antusias dengan perayaan Tabot ini. Banyak pedagang dari luar kota berdatangan untuk menjualkan hasil karya mereka. Masyarakat berbondong-bondong datang untuk menyaksikan bazar, pawai, dan ritual budaya religi. Banyak masyarakat yang sengaja datang dari luar kota bahkan kabupaten.

Menurut saya, ada tiga nilai yang bisa diambil dari pelaksanaan festival Tabot ini, yaitu: Nilai agama (spiritual), nilai kesejarahan dan nilai sosial. Nilai Agama (spiritual) terlihat pada ungkapan kegembiraan akan datangnya tahun baru Islam, karena bulan muharam adalah bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah. Nilai sejarah terlihat pada tradisi tabot yang ditunjukkan untuk mengenang kisah kepahlawanan cucu Nabi Muhammah SAW, Husein bin Ali. Nilai sosial berupa nasehat  bagi semua orang bahwa tidak dibenarkan segala bentuk praktik penghalalan segala cara untuk meraih puncak kekuasaan.

Selain ritual tabot, ada juga berbagai pertunjukan seni, perlombaan tradisional yang diikuti oleh sepuluh kabupaten kota se-provinsi Bengkulu. Ada lomba ikan-ikan, lomba telong-telong, perlombaan musik melayu khas Bengkulu dan perlombaan Kreasi Musik Dol yang terbuat dari kayu yang dilubangi tengahnya dengan menggunakan kulit lembu. Acara tahunan festival Tabot ini akan kembali digelar pada awal bulan September 2020 di Bengkulu atau tepatnya dari tanggal 1 sampai dengan 10 Muharam dalam kalender islam.

Tidak hanya ritual Tabot, ada juga berbagai pertunjukan seni, perlombaan tradisional yang akan diikuti oleh sepuluh kabupaten kota di provinsi Bengkulu. Perlombaan musik Melayu khas Bengkulu dan Perlombaan Kreasi Musik Dol. Wisatawan juga bisa mengunjungi wisata sejarah yang tak kalah menarik untuk dikunjungi seperti, Benteng Marlborough, Rumah Pengasingan Bung Karno (1934-1938), dan rumah Fatmawati yang dikenal sebagai Ibu Negara Republik Indonesia. Acara ini bisa diharapkan bisa mengenalkan Bengkulu sebagai obyek wisata yang bisa dikunjungi wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Melalui festival Tabot ini, bisa mengenalkan Bengkulu sebagai tempat wisata dan meningkatkan jumlah wisatawan dari dalam dan luar Negara.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline