Lihat ke Halaman Asli

Hiperemesis Gravidarum

Diperbarui: 28 Maret 2024   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada trimester pertama kehamilan, rasa mual dan muntah umumnya akan terjadi, karena hal tersebut merupakan kondisi fisiologis dan menghilang seiring berjalannya usia kandungan seorang ibu hamil. namun, dikatakan patologis apabila kondisi tersebut sering muncul dan menyebabkan terjadinya gangguan aktivitas sehari-hari hingga gangguan pada kesehatan ibu.

Hiperemesis gravidarum atau bisa di singkat HG merupakan mual dan muntah secara berlebihan selama kehamilan dengan dapat menyebabkan penurunan keadaan umum karena dehidrasi (Nugrawati & Amriani, 2021), terjadi juga penurunan berat badan, perubahan kadar elektrolit darah sehingga darah menjadi asam dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi janin (Riksani, 2013).

Pada dasarnya morning sickness dan hyperemesis gravidarum ini merupakan mual muntah pada kehamilan, namun perbedaan yang pertama terletak pada kondisi mual (Pratiwi & Wardani, 2021). Morning sickness yaitu kondisi Ketika mual dan terkadang disertai muntah namun pada hyperemesis gravidarum mual selalu disertai muntah yang parah, kodisi mual muntah pada hyperemesis gravidarum tidak kunjung mereda bahkan hingga menjelang waktu kelahiran, dan tentunya kondisi terebut akan menganggu kondisi kesahatan dan aktivitas keseharian ibu hamil (Asri, 2020).

Pada hyperemesis hgravidarum gejalanya kurnag lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung sellama kurnag lebih 10 minggu, dimana mual muntah ini terjadi lebih dari 10 kali perhari yang menyebabkan dehidrasi. Pada ibu hamil primigravida terjadi 60-80% dan pada ibu hamil multigravida 40-60% (Maryunani, 2021).

Pemicu munculnya hyperemesis gravidarum ini diantaranya adalah karena peningkatan hormone beta-HCG, hormone ini meningkat pada trimester pertama pada kehamilan sehingga memicu bagian otak yang mengontrol mual dan muntah. Tidak hanya ditemukan dalam darah, hormone ini dapat ditemukan dalam saluran kemih sehingga menimbulkan efek pedih pada lapisan mukosa perut yang mengakibatkan mual hingga muntah. Selain itu, karena factor endokrin yaitu peningkatan hormone esterogen dan progesteron dapat memicu terjadinya mual dan muntah (Febry et al., 2013). Hormone esterogen mengakibatkan HG dengan menstimulasi produksi nitrit oksida melalui sintesis nitrogen oksidase, yang berakibat pada relaksasi otot polos sehingga memperlambat waktu pengosongan lambung dan waktu perjalanan makanan melewati saluran pencernaan, selain itu hormone progesterone berpengaruh pada penurunan kontraksi otot polos dan mengubah waktu pengosongan lambung, sehingga memicu terjadinya mual dan muntah(Okinarum & Zakiyah, 2019).

Faktor psikologis, stress dan depresi yang dapat memicu peningkatan asam lambung juga berakibat timbulnya mual dan muntah. Para ahli menyatakan bahwa mual dan muntah adalah bentuk penolakan alam bawah sadar wanita akan kehamilannya, manifestasi dari kehamilan yang tidak diinginkan. Dalam (Atiqoh, 2020) penyebab hiperemesis gravidarum di Amerika Serikat meliputi kecemasan (47%) (Tan, dkk., 2010), riwayat keturunan (3,7%) (Vi- kanes, dkk., 2010), dan wanita yang kelahiran pertama menderita hiperemesis gravidarum (15,2%) (Vikanes, dkk., 2010), sedangkan dampaknya meliputi 15 dari 164 (9%) wanita dengan hiperemesis gravidarum berpotensi mengalami komplikasi berupa preeklampsia (McCarthy, dkk., 2011). Selain itu pemberian suplemen zat besi merupakan salah satu factor pemicu timbulnya mual dan muntah yang kaitannya dengan keluhan pada gastrointestinal. Selama kehamilan, bertambahnya ukuran janin dapat mendesak organ dalam tubuh sehingga dari desakan tersebut dapat mengakibatkan refluks asam atau keluarnya cairan asam lambung ke tenggorokan yang merangsang mual dan muntah (Riksani, 2013).

Ibu hamil yang menderita HEG ini pada umumnya mengalami gejala pada tiap tingkatannya yaitu:

  • Tingkat I (Ringan), ditandai dengan mual muntah sering yang menyebabkan penderita lemas, tidak mau makan, berat badan turun dan rasa nyeri pada epigastrium atau area perut yang dibatasi dari pusar ke atas hingga ke bawah tulang dada (Manuaba, 2014).
  • Tingkat II (Sedang), mual muntah dengan mengakibatkan keadaan umum menurun lebih parah yaitu penderita lemah, apatis, turgor kulit buruk, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat, icterus ringan, berat badan menurun, mata cekung, tendi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi, dapat juga terjadi asetonuria dan nafas keluar bau aseton.
  • Tingkat III (Berat), ditandai keadaan umum yang buruk, keasadaran sangat menurun, somnolen hingga koma, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi hebat, suhu meningkat, tensi turun dan ikterus. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu pada susunan syaraf pusa dengan adanya nistagmus (kondisi bola mata bergerak dengan cepat dan berulang tanpa sengaja), diplopia (penglihatan ganda) dan perubahan mental.

Hyperemesis gravidarum dapat diatasi dengan memperoleh istirahat yang cukup, menghindari aktivitas yang menambah mual dan muntah, makan dalam porsi kecil dan sering agar menghindari perut kosong dan untuk tetap memiliki energi. Memilih makanan yang mengandung gisi baik bagi tubuh, menghindari maknanan yang bebau menyengat seperti misalnya bau amis. Hindari juga makanan yang digoreng, lalu perbanyak minum air karena apabila kekurangan cairan tubuh akan dehidrasi dan jangan lupa untuk tetap rutin memeriksakan diri ke bidan atau dokter (Putri, 2022).

 

Referensi

Asri, W. (2020). 5 Perbedaan Morning Sickness dan Hiperemesis Gravidarum, Serupa tapi Tak Sama. Orami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline