Lihat ke Halaman Asli

Supporter Sepakbola Indonesia Bersatulah

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

“Parah!!” Itulah kata yang tepat bagi carut marut yang sedang terjadi di persepakbolaan Indonesia. Dari pengurus PSSI sampai pada para supporter. Belum selesai permasalahan yang ada pada tubuh PSSI sudah ada lanjutan seri kejadian memilukan pada laga persija versus persib kemarin pada persepakbolaan Indonesia. Pengeroyokan oleh sekelompok orang dari salah satu kubu supporter team berujung pada hilangnya nyawa orang (dari supporter lawan).

Hal ini tentu sangat mengiris hati, ketika pelaku diintrogasi polisi menjawab “saya cinta persija” (sumber:detik.com). saya tidak bermaksud untuk menjelekan pihak tertentu. Sudah cukup nyawa orang hilang secara konyol seperti itu, harapan kita bahwa kejadian tersebut menjadi yang terakhir. Himbauan untuk seluruh supporter juga untuk menjaga emosi ketika team kesayangannya sedang beradu di lapangan. Kejadian ini sepatutnya menjadi alarm untuk seluruh supporter di Indonesia.

Berkaca dari kasus tersebut, maka perbedaan ialah sangat wajar terjadi. Apakah kita tidak boleh berbeda? Hal ini mengingatkan saya pada pesan seorang khotib sholat jumat, perbedaan yang terjadi pada kehidupan amatlah banyak, golongan tertentu berbeda pandangan dan sebagainya dengan golongan lain. Yang sebenarnya perlu di perhatikan ialah kedewasaan golongan yang saling berbeda pendapat tersebut, dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu:

1.golongan yang melihat golongan lain yang berbeda maka mereka akan langsung membencinya, ini merupakan tingkatan yang paling rendah (karena mereka tidak memahami unsur pluralitas yang ada pada masyarakat)

2.golongan yang melihat golongan lain yang berbeda mereka tidak membencinya, sikap skeptis kepada golongan lain yang berbeda dan telah sedikit melunak.

3.golongan yang melihat golongan lain yang berbeda mereka tidak membencinya, justru mereka saling mengisi/ bersinergi menambah pengetahuan dan berusaha menambal kekurangan dari masing-masing golongan.

Apabila seluruh supporter di Indonesia memiliki tingkat kedewasaan yang tinggi (seperti pada golongan nomor 3) sehingga dapat bersatu untuk memajukan  sepakbola Indonesia maka mungkin sepakbola Indonesia dapat  mengalami perubahan yang signifikan dari segi prestasi (bukannya jalan ditempat seperti saat ini).

(AK)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline