Lihat ke Halaman Asli

Ne Li

Ibu bekerja

Jadilah Teman untuk Mereka yang Berjuang Menjemput Kesembuhan

Diperbarui: 19 Juli 2022   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kemarin di rumah sakit saya bertemu seorang perempuan. Dia duduk dengan tatapan kosong. saya hanya memperhatikan, dan tak ada keingin untuk menyapa sama sekali. mungkin dia butuh waktu sendiri, begitu pikir saya waktu itu. 

"ibu kakak sudah keluar hasil cek darahnya?". tiba-tiba saja dia sudah berada disamping saya. agak ragu awalnya untuk menjawab, "tadi ibu kakak bareng saya cek darah". rupanya dia mengamati kami juga. "sudah, alhamdulillah bagus hasilnya" jawabku. tatapannya terlihat murung. "kenapa kak?" saya jadi penasaran. "saya hasilnya gak bagus kak..." jawabnya memelas. lalu saya tanyakan kenapa. waktu itu dia bercerita, di bagian payudaranya  seminggu ini seperti ada benjolan, namun tidak sakit, tapi dua hari ini mulai terasa nyeri. sebelum kerumah sakit, dia memeriksakan dulu ke puskesmas, puskemas langsung merujuk kerumah sakit, dan setelah hasil cek lab, baru dia tahu bahwa didalam tubuhnya telah bersarang tumor ganas. 

"bagaimana anak saya nanti kak, apa saya bisa sembuh, anak saya masih kecil-kecil" gumamnya, saya mendengar itu merasakan perih yang ada dihatinya. 

"kakak pasti sembuh, ada seorang teman yang kondisinya sama seperti kakak, dan sembuh, untungnya cepat terdeteksi, asal kakak yakin dan semangat, kakak gak boleh sedih, kalau sedih kakak susah untuk sembuh, bahagia salah satu obatnya" tiba-tiba kalimat klise itu melucur bak peluru dari mulut saya, entah dia bisa menerima atau tidak. "iya... saya langsung disuruh operasi kak", terangnya, "iya,, operasi lah segera, kalau kakak operasi, potensi sembuhnya tinggi, insyaallah" saya mencoba mencoba menguatkan hatinya lagi. 

lalu dia membuka masker diwajahnya, dibagian bibirnya terlihat membengkak. "tumornya sudah menjalar ke bibir saya kak, orang-orang bertanya kenapa, saya jawab jatuh, digigit serangga..." ujarnya sedih. "ya tuhan..." saya merintih dalam hati. "bilang saja kakak sakit, tidak usah berfikir untuk mencari-cari jawaban, sekarang kakak harus berobat, itu aja..." saya merasa harus memotivasinya. "iya kak, terima kasih kak, untung saya tau lebih awal, jadi bisa dioperasi, dokter tadi juga bilang, saya gak boleh sedih..." tampaknya dia mulai bersemangat. 

karena ibu saya waktu itu sudah selesai dan sepertinya sudah ingin pulang, saya berpamitan kepada perempuan itu, saya juga menawarinya tumpangan, namun dia menolak. 

saat dijalan pulang saya berfikir, kasihan perempuan itu, tidak ada yang menemani, pergi berobat sendiri sampai untuk mencurahkan isi hatinya pada orang yang tak dikenal. menurut saya, orang sakit butuh pendamping, teman, agar dia bisa semangat menjemput kesembuhan. untuk yang sempat membaca ini, jangan biarkan keluargamu sendirian, terutama saat mereka sakit, jadilah penyemangatnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline