Parno sedang duduk santai di warung kopi langganannya. Dua gelas kopi yang tinggal separuh terletak di atas meja yang ada didepannya. Di seberang meja duduk sahabatnya sedang asyik memainkan HP android. Mereka duduk berhadapan, tapi tidak saling bicara. Kadang sahabatnya itu hanya senyum sendiri, sambil mengetikkan sesuatu di layar HPnya.
"Hei, Baidi!" Parno memanggil nama sahabatnya itu.
"Kenapa, bang?" tanya Baidi tanpa menoleh. Jari dan matanya masih melekat di layar HP.
"Sebenarnya HP yang kamu gunakan itu adalah bagian dari konspirasi elit global untuk menghancurkan kita," kata Parno sambil memandangi wajah Baidi.
"Kok bisa, bang?" tanya Baidi. Ia menghentikan ketikannya dan menoleh ke arah Parno.
"Kau pernah berfikir bagaimana bisa kamu bisa berbicara dengan orang yang sangat jauh hanya dengan menggunakan alat sekecil itu?" tanya Parno sambil bibirnya menunjuk ke arah HP baidi.
Baidi menggeleng.
"Aku tidak pernah memikirkan itu,bang. Yang aku tahu cuma aku bisa ngobrol dengan tunanganku yang masih bekerja di Jakarta."
"Kamu bisa ngobrol dengan tunanganmu karena HP itu menggunakan gelombang elektromagnetik yang bisa mengirimkan suaramu."
"Gelombang motormetik?" tanya Baidi mulai tertarik. Ia meletakkan HPnya di atas meja. Lalu menghirup kopinya setegukan.
"Gelombang elektromagnetik! E-LEK-TRO-MAG-NE-TIK," kata Parno membetulkan ucapan Baidi. Ia lalu mengangkat punggungnya dari sandaran kursi, duduk lebih tegak untuk memberikan penjelasan serius kepada Baidi, "Begini... suara atau bunyi itu dihasilkan oleh getaran. Seperti ketika aku berbicara ini, suaraku itu dihasilkan oleh getaran di dalam pita suara di tenggorokanku. Suara itu sampai ke telingamu karena ada gelombang suara yang merambat di udara. Lalu gendang telingamu bergetar oleh gelombang suara itu. Makanya kamu bisa mendengar suaraku."