Lihat ke Halaman Asli

Andi Udique

Rakyat Biasa

ACENG

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Media heboh. Masyarakat gempar. Petinggi ribut. Semua membicarakan Aceng. Aceng pun Terkenal, populer melebihi bupati manapun di Indonesia. Apa pasal? Rupanya Aceng menikah singkat. Nikah empat hari, talak pun dilempar. Lewat SMS lagi. Terlalu, kata orang-orang. Maka Aceng pun divonis bersalah. Aceng telah melanggar undang-undang. Aceng telah melanggar etika. Itu katanya. Masih kata orang-orang.

Karena Aceng adalah pesalah, maka ada korban yang disalahinya. Dan orang yang diposisikan sebagai korban itu bernama Fany Oktora (maaf jika salah menulis nama dan gelarnya), gadis belia yang cantik, menawan, dan (sekali lagi maaf) menggiurkan. Dugaan kita semua, motivasi Aceng menikahinya  hanyalah nafsu belaka. Maka kitapun sepakat untuk menghujat dan memaki Aceng sejadi-jadinya. Segala kesalahan aceng -biarpun hanya dugaan- pun ditimbulkan ke permukaan.

Lalu, pernahkah kita mempertanyakan apa motivasi Fany mau dinikahi oleh Aceng? Fany masih tergolong usia remaja, mengapa mau dinikahi pria paruh baya? Bukankah seharusnya Fany menikmati romansa masa muda, pacaran dengan lelaki berusia satu atau dua tahun lebih tua darinya? Apa yang diinginkannya- kebanggaan, kekayaan, kehormatan?

"Meski hanya pernikahan di bawah tangan, Fany bangga dapat menjadi penyanding bupati yang maju dari jalur independen itu." Tulis seorang wartawan di sebuah situs berita nasional.

Pertanyaan besarnya, jika Aceng bukan bupati, maukah Fany dinikahi?

Saya bukan pendukung Aceng. Saya sama sekali tidak mengenal Aceng, kecuali lewat media. Dan saya tidak ada urusan dengannya. Saya cuma ingin mengajak pembaca untuk berfikir dan berpendapat secara berimbang. Aceng salah, tapi apakah seluruh tindakan Fany adalah benar? Jangan sampai pemikiran kita hanyut dan terseret arus besar opini yang diciptakan media massa.

= hanya sebuah opini basi =

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline