[caption id="attachment_168135" align="alignleft" width="183" caption="Inilah Inge dan si anak bule (ingedotcom)"][/caption] INI adalah kisah Inge, permaisuri Negeri Ngotjoleria. Kisah ini sebenarnya aib, mirip-mirip dengan kasus tiga artis di negeri tetangga. Tapi tak mengapa, ini mesti diungkapkan. Sebagai maharaja di negeri maya planet Kompasiana ini, dengan terungkapnya kasus ini Inge bisa jujur. Gak perlu kayak Cutani atau Lunamara, deh! Juga gal perlu saya meminta PM Firman Seponada agar Kapolcol Jenderal Srondol segera turun tangan. Ceritanya begini sebenarnya. Selama ini si Inge doyan sekali melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Kadang dua kali seminggu. Ada-ada saja alasannya... Inilah, itulah. Setiap kali ditanya, dia hanya menjawab seadanya. "Ini kan urusan kenegaraan, Ndang. Lagi pula kan masih ada dua selir, yang jaga gawang!" Saya sebenarnya sedih dengan sedih jawaban Inge itu. Karena enam bulan terakhir ini kedua selir saya itu menghilang. Lenyap entah kemana rimbanya. Sejak Mbah Ken Arok mengundurkan diri jadi PM di Negeri Ngotjoleria, kedua selir saya ini juga lenyap. Gak tau apakah keduanya ikut Mbah Ken atau tidak. Tapi sudahlah, bagi saya yang penting adalah permaisuri. Saya berharap banyak agar Inge ini bisa berfungsi sebagai ibu negeri yang baik. Dulu, ketika ia belum saya angkat jadi permaisuri, sebenarnya Inge luar biasa hebat, bukan hanya di mata saya dan petinggi negeri, tapi juga rakyat. Perhatiannya total dalam mendampingi saya mengurus negeri. Akan tetapi setelah dia jadi permaisuri Desember tahun silam, dan saya mengangkat dua selir, si Rina dan Siska Nanda, ehhh.., tampaknya dia mulai ogah-ogahan. Padahal dulu soal selir di Negeri Ngotjoleria ini disayembarakan. Dan dia sendiri yang harus memutuskan siapa-siapa yang layak untuk itu. Sekarang, kalo Inge ada di dalam negeri kerjanya hanya mesbuk, ngetweett, dan semacamnya itu. Sepertinya dia lagi sedang jatuh cinta... Sialannnn...!!! Lanjut cerita, belum lama ini, Inge melahirkan. Semestinya, saya senang dengan ini. Begitu pula dengan rakyat. Akan tetapi, saya merasa tidak nyaman dengan kelahiran bayi itu, walau secara hukum itu adalah anak saya. "Ndang... Sudah ada generasi pelanjut...." "Maksud lo..!" "Kan anak kita sudah lahir." "Lalu?" "Ya, sudah jelas dong. Ini kan anak baginda dari saya, berarti dia ini pangeran. Putra mahkotaaaa...!!!" "Oh, yaaa???" "Iyalaaaahhhh... Masak anak dari selir yang akan gantikan baginda.. Kan gak lucuuuu." "Ha a haaaa... Saya tau itu sayang. Tapi sejak kapan putra mahkota itu bule. Emangnya saya ini buleeeee...?" "Maksud baginda???" "Itu tuh, anakmu kan kentara sekali bulenya. Berarti bukan anak saya, tapi anak buleeee? Iya kan. Ngaku aja dehhh...?" Salam anak bule Cacatan: Kisah di atas jangan dipercaya karena itu fiktif. Hanya terjadi di Negeri Ngotjoleria, jadi bagi yang percaya salah sendiri... Okeyyy...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H