Lihat ke Halaman Asli

Bang Asa

Kompasianer Terpopuler 2010

Mantera Pemikat Wanita Orang Bugis

Diperbarui: 4 April 2017   17:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mantera

[caption id="" align="alignleft" width="362" caption="Ilustrasi: indonesiaberprestasi.web.id"][/caption]

WAKTU remaja, saya punya sejumlah pacar. Antara satu dengan yang lainnya saling tahu, tapi tak pernah bertengkar. Saya juga heran kok bisa gitu. Jika bertemu, mereka akur-akur.  Lantaran inilah teman-teman saya kadang suka bingung melihatnya. Di antara teman saya ketika itu, semalam ngobrol dengan saya melalui chatting di Facebook. "Abang masih ingat gak dulu..." "Apaan tuh???" "Ah, itu ituhh.. Abang kan dikenal sebagai kolektor cewek-cewek saat SMA." "Ha ha haaa.... Kok itu yang dibicarakan, sehh??" "Terus terang, kami kadang suka cemburu, selain heran tentunya,  kok bisa-bisanya sejumlah cewek tunduk ke Abang  dalam waktu yang bersamaan. Bahkan Syatir dan Nanna kan  sama-sama satu kelas di SMA 2, bukan?" "Ha ha haaa...  Kamu ini sepertinya mengajak saya untuk  bernostalgia." "Sesekali kan gakpapa, Bang... Tapi benarkah bahwa abang dulu punya baca-baca pemikat wanita?" Pertanyaan terakhir ini seolah melemparkan saya ke masa lampau. Kejadiannya sudah berlangsung lebih dari 20 tahun, masa ketika saya masih duduk di bangku SMA. Suatu ketika, ada seorang paman saya pulang dari merantau. Si Paman ini sudah melanglang buana ke mana-mana, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Singapura, dan Malaysia. Ia mempunyai banyak istri. Pernah dia pulang membawa tiga istrinya sekaligus. Semuanya akur. Tak ada gontok-gontokan, apalagi jambak-jambakan. "Om ini hebat, ya. Punya istri banyak. Gimana sih caranya bisa memikat wanita, Om?" "Ha ha haaa... Ndy, jadi laki-laki Bugis itu gak boleh kosong. Apalagi dalam soal wanita. Kita harus berisi.  Untuk memikat wanita itu juga ada manteranya." "Ah, mana ada sih mantera yang manjur sekarang, Om." "Sudahlah, kalau percaya, saya kasih, kalo enggak ya sudah. Gak ada artinya." Saya penasaran mendengar si Paman. Dan suatu ketika, kalo gak salah malam Jum'at. Saya diminta berwudhu dan mengambil kertas. Dan kemudian saya disuruh menyalin sejumlah mantera, termasuk baca-baca pemikat wanita. Konon ini adalah baca-baca (mantera) orang Bugis sejak dulu. [caption id="" align="alignright" width="265" caption="ilustrasi: aksara Bugis"]

kjbbnmnb

[/caption] Saya akan membagikan salah satu dari mantera tersebut: oooo anging, laoko muollirengnga i.... (menyebut nama wanita yang diinginkan) narekko mupolei matinro paotorengngga' narekko moto'ni patudangekka' narekko tudanni patettongekka' narekko tettonni pajokkangekka lao mai iyapa namanyameng nyawana nerekko iya naita kunfayakun  barakka'  Lailaha Illalah Artinya kira-kira begini: [caption id="" align="alignright" width="304" caption="ilustrasi: naskah ilagaligo"]

knmkm

[/caption] oh angin, pergilah engkau memanggilkan si ....(menyebut nama wanita yang diinginkan) jika engkau temui dia sedang tertidur, bangunkanlah jika telah bangun, dudukkanlah jika telah duduk, berdirikanlah jika telah berdiri, jalankanlah ia kemari barulah perasaannya akan nyaman jika dia melihatku kunfayakun , semua ini berkat Lailaha Illalah Menurut si Paman, mantera ini dibaca di muka pintu pada saat matahari telah tenggelam. Saat membaca, harus mengacungkan pisau ke udara. Saya tidak tahu, apakah karena mantera itu dulu setiap cewe yang saya inginkan terpikat dan tunduk kepada saya atau karena faktor lain. Yang jelas, jujur saja saya sudah pernah mencobanya.  Dan karena itulah saya suka tertawa sendiri mengenang masa itu, termasuk saat chatting dengan salah seorang teman semasa remaja, semalam. Salam baca-baca, ANDY SYOEKRY AMAL (klikk di SINI) Jangan Lewatkan artikel-artikel menarik Mariska Lubis di SINI Baca juga 10 Tulisan Sebelumnya:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline