[caption id="" align="aligncenter" width="460" caption="Spanduk Prof Rhoma (Detik.com)"][/caption] Berangkat dari "Penasaran" dan semangat "Darah Muda", Raden Haji Oma Irama dengan berbekal "Gitar Tua" dalam perjalanannya telah membuktikan diri sebagai penyanyi dan musisi ternama sejak tahun tujuh puluhan. Dan kini, pria 67 tahun itu seolah ingin menunjukkan kesiapannya nyapres dengan berbekal gelar "profesor dangdut". Perjalanan panjang Rhoma Irama dari musisi hingga capres memang berliku. Pencapaiannya tidaklah semudah membalik telapak tangan. Rhoma harus rela jatuh bangun, bahkan "Berkelana" hingga dua kali. Menengok ke belakang, perasaan cintanya kepada Ani adalah jalan yang mengubah hidup Rhoma. Ketika itu, apa saja yang dia rasakan terhadap Ani diungkapkan lewat tulisan. Rhoma mengungkapkan perasaannya dengan bait lagu, kemudian dia bawakan sebagai nada cinta dalam musik melayu bergenre dangdut. Tentu tidak mudah bagi Rhoma untuk melakoni semua itu. Waktunya banyak terkuras, sampai-sampai ia harus merelakan berat badannya turun drastis karena terlalu banyak "Begadang". Ketika itu, Rhoma mungkin lelah. Tapi demi cintanya ke Ani, ia terus berkarya. Rhoma terus menyanyi dan mencipta lagu untuk menunjukkan kepada dunia. Bersama dengan grup bandnya, Soneta, nama Rhoma Irama pun melejit bak meteor. Sebagai penyanyi dangdut ia nyaris tanpa saingan. Dan pada tahun 1978, Rhoma pun ditahbiskan menjadi "Raja Dangdut". Selanjutnya sang Raja Dangdut dengan Soneta Groupnya muncul di berbagai daerah. Ia mulai merambah dunia dakwah. Ia sempar mendapat sambutan sekaligus tantangan, karena dituduh mengkomersialkan agama. Tentangan inilah yang menjadi perjuangan Rhoma. Ia menginsyafkan teman-teman seprofesinya dari mabuk-mabukan dan perempuan. Ia juga berhasil menyadarkan calon mertuanya yang diperbudak minuman keras, hingga nyaris memperkosa anak gadisnya sendiri. Bahkan terhadap penentang dari perguruan Al Muthainah, Rhoma berhasil meyakinkan bahwa musik sebagai sarana dakwah bisa dipakai. Itulah bagian dari "Perjuangan dan Doa" Rhoma Irama. Saat ini, Rhoma sendiri masih terus berjuang. Dari musik, ia kemudian berjuang dan berdoa untuk "Menggapai Matahari", dengan akan mencalonkan diri sebagai Presiden melalui Partai Kebangkitan Bangsa. Menggapai matahari yang satu itu tentu tidaklah gampang. Apalagi Rhoma bukanlah kader PKB. Tapi Rhoma terus melangkah. "Satria Bergitar" yang pernah "Terjebak Dalam Dosa" dan tertangkap basah berduaan dengan Angel Elga (yang kemudian diakui sebagai istri sirinya) itu bahkan kelihatannya makin pede. Ia tak peduli kalau dalam perjalanan menuju "matahari" itu terdapat banyak badai yang akan menghadang. Mungkin bagi Rhoma, semua itu adalah "Badai di Awal Bahagia". Yang pasti, Rhoma kelihatan sudah bertekad bulat untuk melakukan "Pengabdian" dengan nyapres lewat PKB. Bahwa ada kader PKB sendiri yang selama ini dianggap layak, semisal Prof. Dr. Moh. Mahfud MD dengan latarbelakang sebagai guru besar, maka Rhoma pun ingin menunjukkan bahwa dirinya juga adalah "guru besar". Kalau Mahfud profesor hukum, maka dirinya profesor dangdut. Begitulah kira-kira. Dan boleh jadi karena itulah mengapa muncul spanduk 'Presiden Kita Bersama Prof. Rhoma Irama', yang saat ini lagi heboh dan dipersoalkan berbagai pihak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H