Seberapa sering Anda mendengar berita banjir di Jakarta? Seperti yang diketahui, Jakarta identik dengan macet dan banjir. Mungkin kemacetan bisa ditangani dengan berbagai cara, misalnya mengurangi volume kendaraan pribadi. Namun bagaimana dengan permasalahan banjir? Berita banjir di Jakarta selalu menjadi sajian rutin di berbagai televisi saat musim penghujan.
Berita Banjir di Jakarta dari Berbagai Sudut Pandang
Kota Jakarta sudah dari zaman dahulu berada di bawah permukaan laut sekitar 2,5m. Limbah air yang berasal dari Sungai Ciliwung dialihkan via Kali Pakin. Padahal seharusnya dilimpahkan ke Laut Jawa. Hingga akhirnya, limbah air tersebut mengalir ke Danau Pluit menuju Danau Pluit.
Langkah ini dilatarbelakangi untuk menghindari risiko yang muncul apabila pintu air tersebut dibuka, Pak SBY tidak bisa berkantor. Dengan membuka pintu air tersebut, jalan sekitar Monumen Nasional, Kuningan, Sudirman, dan sekitarnya akan tenggelam.
Bila diperhatikan, memang bencana banjir di Kota Jakarta sulit untuk dicegah. Buktinya saja, sampai saat ini, belum ada orang yang berhasil mengatasi banjir ini. Dengan demikian, bencana banjir yang terjadi di Jakarta harus bisa diatur dengan baik untuk kehidupan penduduk Jakarta sehari-hari.
Sejarah Banjir di Jakarta
Dalam sejarah, pada 1918, Jakarta dilanda banjir yang cukup parah. Bencana banjir saat itu hampir menenggelamkan seluruh wilayah Jakarta. Pada waktu itu, wilayah Jakarta memang masih sempit. Bisa dibilang, kawasan yang mengalami dampak banjir cukup banyak adalah Jakarta Pusat, tepatnya Jalan Sabang.
Bila ditengok dari sejarahnya, tata Kota Jakarta (sebelumnya bernama Batavia) pada 1620 dirancang oleh Simon Stevin. Desain yang dirancang tersebut bisa dibilang replika dari Kota Amsterdam.
Kanal-kanal sengaja dibuat dengan sungai yang lurus dengan bertujuan supaya banjir bukan mendatangkan bencana, melainkan potensi Jakarta. Tidak heran, jika kala itu Batavia (Jakarta) dikenal dengan sebutan Batavia Queen of The East.
Tidak bisa dipungkiri, desain tata kota yang dibuat Simon Stevin membuat Batavia (Jakarta) terlihat indah. Namun sayangnya, pada 1808-1811, pemerintah Perancis menghancurkan kastil Batavia itu.
Penghancuran ini dilakukan di Batavia melalui utusan Pemerintah Perancis, yaitu Daendels. Daendels bukan hanya menghancurkan kastil Batavia, melainkan juga membuang sisa-sisa penghancuran dengan menguburkan material tembok hasil penghancuran siguakan untuk menguburkan kanal-kanal yang ada.
Banjir di Jakarta Masa Kini
Kabar terbaru, Jakarta akhir-akhir ini mulai mengalami bencana banjir. Bencana banjir ini terjadi karena Jakarta terus dilanda hujan deras. Kawasan yang paling parah mengalami bencana banjir ini adalah Jalan Palmerah. Ketinggian air banjir di kawasan Palmerah adalah sekitar 30cm.