Lihat ke Halaman Asli

Baguz Saputra

Tidak untuk bertele tele

Maaf di Hari yang Fitri

Diperbarui: 7 Juni 2019   14:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Budaya Maaf di Hari Lebaran

H-2 sebelum lebaran adalah saat dimana mudik untuk pulang ke rumah orang tua, ada perasaan senang bercampur haru ketika menemui ramainya kendaraan kendaraan ber pelat luar kota hilir mudik di depan mata, mereka rela berpeluh keringat di jalan raya hanya sekedar pulang menemui orang tua di kampung.

Ini adalah tradisi kami tradisi yang sudah berlangsung lama, dan ini terjadi mungkin karena tidak imbangnya lahan pekerjaan di kampung kami yang mengharuskan semua harus pergi merantau ke daerah lain. Tidak sedikit pula para orang-orang yang masih setia di kampung halaman, mereka terlihat sangat mensyukuri apa yang sudah ditakdirkan untuk nya yaitu penghidupan di kampung halaman, kembali lagi pada mudik, benar saja, para pemudik tentunya sangat antusias untuk segera kembali ke rumah untuk apalagi selain bertemu dengan sanak keluarga dan handai taulan tentunya untuk ber maaf maafan.

Maaf adalah sesuatu tindakan mulia dimana kita saling mengungkapkan kesalahan yang sudah dilakukan dan mengharap ridhoNya, benar, jika kita amati tentang budaya maaf dinegara kita adalah banyaknya ucapan maaf di hari lebaran atau hari idul fitri, ini merupakan salah satu bukti bahwa masyarakat kita sangat sangat menghormati warisan dari orang orang terdahulu walaupun akhir akhir ini sering kali terdengar bahwa tidak elok rasanya ucapan maaf diucapkan ''menunggu'' di hari yang Fitri.

Jika dilihat dari segi yang umum mungkin masuk akal ketika datang hari lebaran kita saling maaf maafan karena ya itu tadi, negara kita mengalami sebuah fenomena tidak meratanya lapangan kerja, jadi, kita di sibukan dengan rutinitas pekerjaan di setiap hari yang dilalui, ini jelas waktu bersama keluarga dan saudara menjadi kian terkuras apalagi sebagai perantau jelas tidak setiap hari keluarga ada ditengah tengah kita. Hari lebaran tentunya adalah momen yang paling ditunggu oleh sebagian masyarakat karena dalam satu paket ''Hari Lebaran'' tersebut terdapat ''Tanggal Merah'' yang menghiasi, biasanya para pabrik pabrik memberikan hak libur hari raya 10 hari ada pula yang kurang dari itu tergantung bidang yang dikerjakan.

Inilah mengapa maaf memaafkan di negara kita identik dengan hari lebaran, secara umum memang mudah di pahami, yah, karena pas ada waktu libur panjang dan kesempatan bertemu keluarga sangat terbuka lebar.

Tetapi ada makna yang sebenarnya ''tertutupi'' di balik tradisi maaf maafan di hari lebaran. yang ditakutkan adalah anak cucu kita tertanam bahwa maaf maafan hanya terjadi di hari lebaran, padahal, maaf memaafkan secara harfiyahnya dilakukan pada saat kita melakukan kesalahan dan seketika itu juga kita sampaikan maaf kepada orang yang kita lakukan salah, ini menjadi penting karena sesuatu ini tidak bisa dianggap sepele, tugas kita sebagai orang tua adalah menanamkan budaya maaf yang sudah termodifikasi ini sampai di benak anak anak kita tanpa mengurangi sedikitpun makna dari kedua budaya itu, sulit memang, tapi kehidupan rohani senantiasa memberikan jalan yang lebih mudah untuk dipahami.

Islam mengajarkan kita untuk saling maaf maafan begitu kita sadar melakukan salah, tanpa harus menunggu di hari lebaran.

Tapi yang maaf maafan pas hari lebaran pun karena mereka juga hanya mempunyai waktu longgar di hari lebaran itu. 

Saling menghormati adalah keindahan yang tersembunyi diantara dua pandangan yang berbeda,

Taaqobballohu minna wa minkum

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline