Lihat ke Halaman Asli

Baguz Saputra

Tidak untuk bertele tele

Surveyor Alfamart

Diperbarui: 13 Juli 2023   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sebelumnya saya kenalkan dulu nama saya Baguz Saputra beralamatkan Kec Kutoarjo Kab Purworejo Jawa tengah, saya adalah mantan karyawan Alfamart periode 2006 - 2014 yg terpaksa harus menanggalkan seragam merah alfamart karena "dipaksa" untuk membuat surat pengunduran diri pada 7 April 2014. Saya masuk menjadi karyawan alfamart sebagai seorang pramuniaga karna pendidikan saya hanya tamatan SMK tetapi saya juga merasa bangga karna saya bekerja pada sebuah perusahaan yg nantinya akan berkembang pesat seperti saat ini, hari demi hari saya lalui tanpa sedikitpun ada keluhan yg saya rasakan saat berada dalam naungan perusahaan sebesar ALFAMART bahkan saya mampu menjadi assisten kepala toko hanya dalam waktu 3 tahun itu merupakan prestasi tersendiri untuk saya karena angkatan saya malah banyak yg resign dg segala alasan yg mereka katakan, pada 2011 november saat lowongan bekerja di office terbuka lebar saya pun memberanikan diri untuk mengajukan lamaran yg kebetulan saat itu lowongan yg tersedia adalah sebagai SURVEYOR dan saya pun menyadari bahwa pekerjaan saya itu akan menurunkan great saya yg pada waktu itu sudah mencapai angka 7 tetapi karena rasa lapar akan tantangan dan hal baru saya pun tetap bersikukuh untuk tetap melamar sebagai seorang surveyor, singkat kata impian sayapun terpenuhi dg saya mampu bergabung dg tim departemen Location,,,,,, pekerjaan pun dimulai dari mencari lokasi strategis, mendata kelayakan tempat hingga mendata jumlah potensi pasar yg akan terjadi selama lima tahun kedepan sampai harus pandai merayu pemilik lokasi hingga mereka mau untuk menyewakan lahan yg mereka miliki untuk "kepentingan" alfamart tentunya dan itu saya kerjakan tanpa mengenal jam kerja ataupun jarak yg di tempuh, hingga tiba saat pengurusan izin tetangga, ketua RT, Lurah, Camat hingga Kepala Trantib setempat, disinilah awal mula malapetaka itu muncul,,, pada dasarnya segala kepengurusan izin adalah gratis tapi di alfamart semua jadi barang yg mahal untuk menjadikan semuanya berdiri dg terang ( outlet ), pada saat saya mendapat tugas untuk mengurus perijinan ternyata dr pihak alfamart sudah menyiapkan dana untuk memuluskan aksi tersebut yakni sebesar Rp. 1.850.000 awalnya saya berfikir untuk apa uang ini hingga akhirnya saya menyadari ternyata uang itu untuk dibagi bagikan tidak hanya kepada warga sekitar tetapi juga untuk oknum oknum desa atau kecamatan agar ijin lancar,,,,saya pun mulai membagikan uang itu dg perincian :

* 1.000.000 untuk tanda tangan 20 warga ( @50.000/kepala )

* 50.000 untuk RT

* 50.000 untuk RW

* 250.000 untuk KeLurahan

* 350.000 untuk Camat

* 150.000 untuk kepala Trantib

* total 1.850.000 ( bisa sisa, bisa kurang )

singkat cerita dg begitu izinpun terbit tentunya dg bantuan tim Licence yg telah melobi desperindag setempat, outlet baru pun dilaunching kepada masyarakat yg sebenarnya terasa berat untuk menerima apalagi para pedagang rumahan yg tentunya khawatir tidak laku, saat semuanya berjalan lancar munculah tim audit internal yg mengorek data dari tim surveyor tentunya agar memberikan informasi tentang pemakaian uang 1.850.000 itu, tim IA ( Internal Audit ) pun melancarkan pertanyaan kepada para oknum seperti warga, RT, RW, LURAH, CAMAT sesuai laporan pengeluaran keuangan yg dituliskan surveyor, tetapi apa yg diberikan para OKNUM tersebut, mereka mengatakan bahwa sepeserpun mereka tidak menerima uang ataupun sesuatu dr para surveyor, disinilah bencana bagi para surveyor dan itu saya alami saat deti detik pengunduran diri saya, padahal menurut saya apa yg oknum lakukan itu pun sudah benar dg menutupi pemberian gratifikasi oleh pihak alfamart dlm bentuk uang karena jika sampai mereka disidak oleh badan hukum maka tamatlah riwayat mereka ( lihat kasus Komjen polisi Budi Gunawan calon kapolri yg mendapatkan hadiah/janji ), tetapi dg mereka menutupi jg merupakan akhir dr segala perjuangan surveyor untuk pendirian sebuah outlet, saya pun disangka menggelapkan dana yg nyata nyata sudah saya berikan sesuai dg perincian diatas saya juga diduga memakai uang 50.000 untuk ongkos transport ( beli bensin ) yg padahal sudah saya kembalikan saat pelaporan penggunaan uang tersebut dan akhirnya saya disodori kertas folio kosong untuk saya tulis surat pengunduran diri bermaterai, awalnya saya tidak mau tetapi karna saya kalut dan tidak tau harus bersandar kepada siapa akhirnya sayapun menuruti apa mau dr atasan saya hingga saat ini saya pun sulit untuk bisa melupakan karna tekad dan kemauan saya malah berakhir dg berdirinya sebuah outlet baru ALFAMART,,, saya hanya bisa menyesal tetapi bangga pernah menjadi keluarga besar ALFAMART tetapi saya jg tidak habis fikir, harapan saya mohon kepada pihak terkait untuk memperbaiki regulasi atau sistem pengawasan agar antara surveyor dan para oknum penerima UANG perizinan tidak ada yg dirugikan karena kasian nantinya jika salah satu pihak dirugikan karena hal ini Demikian uneg uneg yg bisa saya sampaikan, untuk ALFAMART jadilah perusahaan retail yg dimiliki oleh masyarakat luas,,,,, Terima Kasih




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline