Lihat ke Halaman Asli

The Way of Love

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Syam dari Tabriz sedang tercenung disebuah pasar yang ramai di Konya ,matanya lekat menatap sebuah batu dijalanan pasar.
Kumal dekil itulah penglihatan semua orang yang lewat ketika orang orang melihat Darwish ini.

Duduk diam mematung dengan matanya yang tajam ia terus memandang batu itu dengan seksama.
Namun tiba tiba ia berteriak marah dan melolong dengan keras ,ketika batu yang ia sedang lihat ,dibuang oleh orang orang di pasar.

"Mengapa kalian begitu kejam padaku ? ,aku tak mengangu kesenangan kalian ,maka kalian janganlah menganggu aku".

Seorang penduduk Konya pun bertanya pada Darwish ini ,

"Wahai orang tua ,mengapa engkau terus mengamati batu itu seharian apa kau tak punya pekerjaan lain"

Darwish inipun menjawab :

"Aku sedang melihat dan merasakan sinar Allah dalam batu itu"

Tergelak lah para pendudk Konya itu ,mendengar jawaban orang tua dekil itu.
Kemudian merekapun berbisik "lihatlah orang tua kumal itu dialah yang menjadi guru atau diakui sebagai Mursid oleh tokoh agama kita yaitu Jalarudin rumi."

"Betapa tak pantas ya"

Itulah gunjingan gunjingan para penduduk Konya sejak Rumi berguru pada Syam dari Tabriz ini.

Suatu hari Rumi pun berkata pada Mursidnya :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline