Inisiatif Satu Sabuk dan Satu Jalan atau yang biasa disebut dengan OBOR atau sebutan yang lebih sensitif, yaitu Jalur Sutra Baru (Sabuk Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21) adalah strategi pembangunan yang diusulkan oleh Pemimpin Pemerintahan Tiongkok, Xi Jiping, yang berkonstelasi pada konektivitas dan kerjasama kooperatif antara negara-negara Eurasia, terutama Republik Rakyat Tiongkok. Strategi tersebut menegaskan tekad Tiongkok untuk mengambil peran lebih besar dalam urusan global dengan sebuah jaringan perdagangan yang berpusat di Tiongkok. Jalur Sabuk (Belt) adalah jalur darat. Sedangkan Sabuk Jalan (Road) adalah jalur laut.
Pemerintah Tiongkok tengah merencanakan dan menjalankan proyek pembangunan kurang lebih 60 negara dengan estimasi biaya lebih dari 1 triliun US$, konflik Laut China Selatan dan poros Jakarta-Beijing-Moskow menjadi landasan Tiongkok berambisi untuk menjadi 'pemimpin' bagi Eurasia, khususnya Asia.
Tiongkok mempunyai kendali penuh sepanjang Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, Indonesia, dan beberapa negara lain di Asia. Dapat dianalisa peranan Tiongkok pada konflik Tibet terlebih dahulu. Kebijakan represif Tiongkok terhadap Tibet merupakan babak awal bagi Tiongkok menuju negara pengendali dengah pengaruh hegemoni, menggantikan Amerika Serikat.
Dalam proses hegemoni atau bentuk Neo-Imperialisme China yang menggantikan Amerika Serikat berawal dari konflik di Timur Tengah. Amerika Serikat mengincar jalur sutra, Tiongkok pun mengincar hal yang sama, sedangkan negara yang dilanda konflik? Tentunya lebih memilih bersekutu dengan blok Timur daripada harus menyerah ke tangan Amerika dan sekutu.
OBOR dapat mengancam kedaulatan dan stabilitas negara lain? Zorawar D Singh dalam tulisannya mengatakan bahwa meskipun OBOR ditulis sebagai inisiatif ekonomi tetapi memiliki implikasi yang lebih dalam, khususnya keamanan.
Sejauh mana aktivitas ekonomi Tiongkok yang meningkat di sepanjang jalur laut ini akan diterjemahkan ke dalam aktivitas militer dan dalam bentuk peningkatan kehadiran militer, terutama dalam hal instalasi permanen dan basis dukungan belum diketahui pasti.
Jika kalian penasaran, silahkan cari berita mengenai pangkalan militer milik Tiongkok di sepanjang jalur sutra. Nanti kalian akan paham sendiri kenapa Tiongkok rela membuat mega proyek dengan estimasi biaya lebih dari 1 triliun US$.
Negara-negara yang berhadapan langsung dengan proyek OBOR, akan memainkan peran yang sangat penting dalam keberhasilan pelaksanaan OBOR. Pemimpin di negara-negara yang terjena dampak OBOR melakukan pengembangan sektor maritim sebagai sarana untuk meningkatkan konektivitas di dalam negeri dan dengan dunia. Oleh sebab itulah, berbagai upaya pengembangan kegiatan maritim. Sedangkan keuntungan negara yang terkena dampak OBOR ialah pengembangan industri dan investasi asing maupun pengembangan infrastruktur.
Diperkirakan China akan menggelontorkan sekitar Rp 12.000 triliun dalam beragam proyek infrastruktur di sepanjang jalur sutra, termasuk negara di Asia Tenggara, negosiasi teramat krusial lantaran China pasti menginginkan keuntungan besar dalam konteks bisnis maupun politik.
China punya kekuatan ekonomi, militer, geopolitk. Negara do Asoa Tenggara 'khususnya' mungkin mendapatkan sesuatu, tetapi tidak dengan harga murah, pasti China meminta tradeoff. Tradeoff apakah yang diinginkan oleh China dan membuat beberapa negara bankgrut seketika karena utang luar negeri? Tentunya China meminta jaminan perusahaan milik negara. Tentang betapa bahayanya OBOR seperti yang telah dibahas dalam tulisan di atas.
Laman Tirto.id memuat tentang langkah Malaysia dan Pakistan yang menyatakan akan menimbang ulang kesepakatan mereka dengan China terkait Inisiatif Satu Sabuk dan Satu Jalan atau OBOR. Islamabad merasa bahwa kesepakatan yang telah ditandatangani kedua negara lebih dari satu dekade yang lalu itu tidak adil dan lebih banyak menguntungkan perusahaan-perusahaan China.