Lihat ke Halaman Asli

Soal Nunun: 235 Kata Untuk “Saya Tidak Tahu”

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya terpingkal membaca artikel ini. Judulnya memang bikin penasaran yakni “Ditanya soal Miranda, Ini Jawaban Nunun” yang dilansir oleh kompas.com per tanggal 27 Desember 2011.  Tidak mengherankan kemudian, artikel ini telah dibaca oleh 70981 dan mendapat komentar sebanyak 80 kali oleh pembacanya serta telah dishare melalui facebook sebanyak 2 kali.

Artikel ini sesungguhnya hanya ingin menjelaskan jawaban Nunun ketika ditanya oleh pewarta soal keterlibatan mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Miranda Goeltom dalam kasus dugaan suap cek perjalanan. Miranda diduga telah memberikan cek senilai Rp 24 miliar ke sejumlah anggota DPR untuk melancarkan “karir” Miranda.

Sebetulnya jawaban dari artikel ini terletak paragraf dua. “Saya tidak tahu” Titik. Selesai. Bubar jalan. Namun, paragraf setelah jawaban singkat ini lalu menguraikan perangai tubuh “ramah” Nunun ketika ditanya pewarta.

Di paragraf lain rupanya, jurnalis ini menyangsikan ketidaktahuan Nunun. Sangkaan terhadap Nunun adalah melalui tangan Nunun-lah, cek perjalanan dapat diterima lancar pada anggota DPR untuk melancarkan Miranda. Sangkaan bukan tidak berdasar, justru diperoleh dari Ina Rahman, Kuasa Hukum Nunun sendiri.

Lain cerita, artikel ini mengantar pada refleksi saya terhadap pengalaman perempuan. Kalimat “saya tidak tahu” memiliki banyak makna bagi perempuan. Untuk perempuan kelas menengah, “saya tidak tahu” menggambarkan apatisme dan semacam coping strategi agar perempuan tidak terkena masalah. Betul, hal ini tergantung konteksnya. Perempuan adalah pembaca gejala yang mahir. Perempuan adalah pengamat sejati. Namun seringkali, kalimat ini dipilih untuk mencari aman ketimbang terperosok lebih dalam. Namun, bagi perempuan akar rumput yang sering saya jumpai, kalimat “saya tidak tahu” merupakan bentukan ungkapan yang luhung dan polos. Kepolosan ini juga diwarnai oleh ketakutan. Perempuan-perempuan ini juga memilih “saya tidak tahu” meskipun jiwa skeptisnya tidak terbendung. “saya tidak tahu” juga merupakan sikap sosial yang lahir dari konstruksi seksualitas yang kadung fatal. Perempuan ini memilih bungkam sebab rasa was-was yang menghantui dirinya. Sikap sosial ini juga menggambarkan bagaimana seorang ibu hanya bisa terdiam ketika suaminya memukulinya, bagaimana ia menyaksikannya ketika tetangga perempuannya dipukuli oleh suaminya, anaknya dihajar oleh ayahnya sendiri. “Saya tidak tahu” juga merupakan bentuk dampak pengucilan perempuan dari ruang publik. Jawaban ini juga diperoleh perempuan ketika perempuan ditanya soal proses pemilihan kepala desa, sertifikasi tanah, atau struktur pemerintahan desa.

Betul, “saya tidak tahu” bisa menjelaskan apapun tergantung dari konteksnya.

Cek link ini: http://nasional.kompas.com/read/2011/12/27/14210115/Ditanya.soal.Miranda.Ini.Jawaban.Nunun




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline