Apa yang terbayang di benak kompasioner sekalian ketika mendengar istilah literasi dini? Mungkin sebagian dari anda membayangkan seorang siswa PAUD duduk di bangku mungil, menghadap mejanya yang mungil, dan belajar mengeja alfabet dengan suara lirih. Lalu anda pun membayangkan buku-buku pelajaran mengeja, menulis awal, dan berhitung yang berukuran besar dan dihiasi gambar warna warni untuk menarik minat anak berusia dini.
Sebagian orang tua mengira bahwa buku-buku seperti ini akan membantu anak-anak mereka belajar membaca dan menulis, sehingga mereka dapat membaca dengan lancar saat mendaftar ke bangku Sekolah Dasar.
Yang tidak disadari orangtua adalah bahwa kemampuan membaca ini tidak otomatis mengembangkan minat baca pada anak. Anak mungkin dapat membaca sejak usia dini, tapi mereka belum tentu mencintai membaca dan menyukai bacaan.
Bahkan, pada sebagian anak, mampu membaca dan menulis pada usia dini meninggalkan pengalaman traumatik karena mereka dipaksa untuk berkonsentrasi belajar dan duduk tenang menghadap bacaan. Metode ini tentu bertentangan dengan perkembangan psikologis mereka dan mencerabut kegiatan yang mereka sukai yaitu bermain.
Tidak tumbuhnya minat baca pada anak sebagian disebabkan fakta bahwa literasi dini tidak ditumbuhkan pada tiga tahun pertama kehidupan anak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI