Apa yang kalian bayangkan ketika mendengar kata"musafir". Anggap saja ini pertanyaan acak yang tiba-tiba terlintas untuk ditanyakan kepada kalian tanpa tendensi apapun. Jika, sudah dijawab apakah kalian sepakat dengan pengakuan beberapa rekan saya, seperti di bawah ini.
Kebanyakan rekan saya mengatakan bahwa ketika mendengar kata itu yang terlintas adalah padang pasir luas beserta unta dan laki-laki dengan sorban dikepala. Tentu, sampel saya amat acak dan tidak terukur. Akan tetapi, dapat ditaris garis besar bahwa beberapa rekan saya merupakan laki-laki dan perempuan yang berusia antara 20th-30th Tidak ada tujuan khusus akan pertanyaan ini, hanya saja melintas dibenak saya kata itu.
Apabila ditelusur, kata ini merupakan serapan dari Bahasa Arab, yakni berasal dari kata "safara" yang berarti bepergian. Bepergian mengacu pada kegiatan yang dilakukan seseorang guna mencapai tujuan tertentu dalam kurun waktu tertentu dimana ada perjalanan atau perpindahan dari tempat A ke tempat B.
Walhasil kata musafir memiliki referen atau acuan pada kata pergi, perpindahan, perjalanan. Dan karena kata ini amat berbau arab, terdengar sangat arab, tidak heran banyak orang yang ketika mendengar kata ini memvisualisakikannya dengan padang pasir luas beserta unta dan laki-laki dengan sorban dikepala.
Frasa-frasa yang diacu kata musafir itu dapat kita pecah lagi menjadi, subjek-objek, latar tempat, dan keterangan yang melekat. Subjek dalam frasa itu ialah laki-laki Arab yang berusia sekitaran 20th -30th dengan sorban dikepala. Lalu, yang menjadi objek ialah unta yang ditunggangi si laki-laki bersorban itu dengan latar tempat yang sudah amat jelas ialah gurun pasir. Padang pasir amat identik dengan Timur Tengah atau Jazirah Arab, padahal ada beberapa tempat di benua lain yang juga memiliki gurun pasir bukan.
Untuk alasan dibalik melekatnya kata itu saya belum memiliki penjelasan ilmiah, tetapi menurut say aitu terjadi karena mayoritas atau banyak tempat di Jazirah Arab memiliki padang pasir. Dan yang terakhir, keterangan yang menyertai subjek-objek itu, yakni sorban dikepala. Keterangan itu pun mengacu pada identitas yang melekat pada bangsa Arab, seperti sorban, jubah, hijab panjang, cadar, dsb. Di dalam frasa ini cukup pada kata sorban.
Jika, ditarik kembali arti kata musafir itu sendiri dalam KBBI ialah seseorang yang bepergian meinggalkan negerinya selama tiga hari atau lebih. Ditekankan pula makna keduanya ialah pengembara. Nahh dari kata itulah muncul acuan pergi mengembara.
Di dalam benak saya ketika mendengar kata pengembara visualisasi yang muncul ialah pendekar berambut gondrong yang dikuncir rapi seperti Gadjah Mada. Akan tetapi, berbeda ketika kata musafir hadir menggantikan pengembara. Seketika yang muncul di benak saya ialah padang pasir luas beserta unta dan laki-laki dengan sorban dikepala.
Jadi, saya pun sepakat dengan rekan-rekan saya bahwa kata itu mengacu pada padang pasir. Visualisasi yang muncul pun amatlah Arab, yakni laki-laki yang bersorban, menunggangi unta, dan melintasi padang pasir luar terbentang dikala siang terang menyerang.
Kesimpulan dari tulisan ini ialah bahwa setiap kata memiliki nuansa makna yang berbeda-beda. Makna itu mengacu pada acuan yang melekat pada kata itu. Acuan arti itu sendiri hadir berdasarkan asal-usul kata itu diambil atau bahasa asli kata itu diserap. Seperti kata musafir, yang diambil dari Bahasa Arab yang menimbulkan pencitraan umum pada gambaran yang ada di Arab, yakni padang pasir, unta, dan sorban.