Pisau Batik merupakan kerajinan dengan tema kebudayaan yang diusung Darmo Sudiman.
Sudah hampir sepuluh tahun Darmo Sudiman atau yang kerap disapa Diman memulai karirnya sebagai pengrajn pisau batik.
Berpusat di rumahnya yang ada di dusun Krengseng, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Diman awalnya hanya meneruskan usaha pisau logam yang dimiliki ayahnya.
Namun, Diman ingin pisau logam yang ia buat berinovasi agar dapat mengikuti perkembangan zaman namun masih mengikuti kebudayaan lokal Yogyakarta, karena itulah Diman memilih batik sebagai bentuk inovasinya.
"Saya mulai coba-coba membatik di pisau logam itu tahun 2010, otodidak, banyak sekali gagalnya karena tidak semua logam itu benar-benar cocok untuk dibatik dengan malam,"
Setelah beberapa kali mengalami kegagalan, akhirnya Diman menemukan logam yang pas untuk dibatik dan pada tahun 2012, masyarakat mulai mengenal kerajinan pisau batik miliknya. "Lagipula membatik di logam itu kan belum ada, jadi saya masih leluasa buat mengkreasikannya." sambungnya.
Awalnya Diman merintis usahanya seorang diri, mulai dari membentuk pisau logam, membatik, hingga menghilangkan malam pada pisau logam. "Membuat pisau batik itu susah, nggak bisa buru-buru, harus sabar dan telaten. Satu pisau itu bisa tiga sampai tujuh hari."
Ketika usahanya mulai menerima banyak pesanan, Diman mulai memperkerjakan karyawan secara borongan tergantung berapa banyak pesanan yang masuk.
Proses pembuatan pisau batik dimulai dari tahap membentuk pisau, kemudian setelah terbentuk, pisau ditajamkan dan dihaluskan dengan menggunakan mesin gerinda.
"Dulu satu daerah sini pengrajin pisau logam semua, Mbak. Trus saya yang pertama bikin pisau batik," ucap Diman saat menunjukkan keahliannya menggunakan mesin gerinda.
Setelah tajam dan halus, pisau diberi tangkai dari kayu yang juga akan dibatik. Pada dasarnya, pembuatan pisau sama dengan pembuatan pisau pada umumnya, namun tidak melewati proses pembakaran karena logam yang digunakan Diman adalah logam jenis stainless-steel.