Lihat ke Halaman Asli

andry natawijaya

TERVERIFIKASI

apa yang kutulis tetap tertulis..

Catatan Mengenai Digital Banking

Diperbarui: 1 Maret 2022   06:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pencatatan digital. (bareinternational.com)

Manusia pertama yang pernah mengunjungi dan berjalan di Bulan adalah Neil Alden Amstrong (1930-2012), seorang astronot dari Amerika Serikat pada tahun 1969 telah mencatatkan dirinya dalam sejarah peradaban umat manusia sebagai pelopor pengunjung ke satelit planet Bumi. 

Peristiwa tersebut kerap dibaca dan disimak oleh banyak orang. Ketika aksi pendaratan Neil Amstrong di Bulan terjadi, media seperti televisi, radio dan surat kabar ramai memberitakannya. Sampai saat ini bahkan kisah Neil Amstrong kerap ditemukan di berbagai buku atau artikel. Namun saat ini ternyata peristiwa itu dapat kita dapatkan melalui akses dari smartphone atau gadget milik kita.

Ya, melalui alat yang kita bawa dan gunakan sehari-hari, banyak hal yang dapat dilakukan. Tidak hanya sekadar bertelepon, chatting atau membaca kisah Neil Amstrong. Saat ini alat-alat itu sudah mendukung masyarakat untuk melakukan transaksi perbankan. Inilah era digital banking. 

Dahulu mungkin tidak pernah terpikirkan atau terbayangkan kegiatan transaksi perbankan dilakukan melalui media sekecil smartphone dan dapat diproses di mana pun, bahkan dari tempat tidur. Transaksi perbankan sebelum era digital dilakukan harus di kantor bank. Nasabah datang, mengisi formulir lalu mengantri. Namun teknologi mengubah semuanya, hal-hal yang dahulu dianggap kerap merepotkan menjadi dimudahkan berkat adanya kecanggihan teknologi.

Transaksi perbankan mulai dari cek saldo, pembayaran tagihan sampai transfer uang antar-bank dapat dilakukan melalui smartphone. Jika semuanya jasa layanan perbankan dapat dilakukan secara mudah buat apa lagi nasabah harus repot pergi ke kantor bank. Semuanya memang menjadi praktis.

Ilustrasi: countyfcu.org

Mengenai kemajuan digital banking memang dipelopori oleh industri perbankan di benua Eropa dan Amerika Serikat, yang memang juga disokong oleh infrastruktur yang lebih canggih. Dan nasabah di sana sudah terlebih dahulu terbiasa dengan transaksi digital banking dan non-tunai. Di Asia Tenggara tren ini memang mulai terasa, tidak terkecuali di Indonesia.

Latar Belakang Digital Banking di Indonesia

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terjadi peningkatan biaya investasi bank di Indonesia terkait dengan teknologi. Pada September 2016 biaya tersebut mencapai Rp. 6,06 triliun, 2 tahun kemudian di September 2018 menjadi Rp. 7,74 triliun. Prioritas dari investasi tersebut 86% adalah pengembangan aplikasi berbasis mobile.

1. Diversifikasi Produk dan Layanan Perbankan

Tak dapat disangkal lagi perkembangan teknologi smartphone, semakin luasnya jaringan untuk mengakses internet serta pertumbuhan e-commerce telah menyeret perbankan untuk ikut ambil bagian dalam era digital saat ini. Sehingga para bankir harus berpikir upaya seperti apa yang dapat dilakukan guna menyesuaikan fitur dan layanan perbankan dengan gaya hidup nasabah di era digital.

Poin sederhananya adalah menyediakan layanan seperti halnya di kantor bank yang dapat dilakukan oleh nasabahnya melalui smartphone. Maka perbankan didorong untuk dapat menyediakan layanan digital banking disamping produk dan layanan seperti biasanya. Fintech adalah ancaman terbesar bagi bank jika terlambat dalam mengambil tindakan untuk memberikan kemudahan digital banking bagi nasabahnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline