Lihat ke Halaman Asli

andry natawijaya

TERVERIFIKASI

apa yang kutulis tetap tertulis..

''The Gift of Writing''

Diperbarui: 7 Januari 2018   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto : pandle.co.uk

Iliad dan Odyssey epos dari jaman Yunani kuno karya Homer atau Mahabarata sebuah karya adiluhung dari Begawan Vyasa akan punah jika hanya dikisahkan secara lisan, semuanya tetap abadi melintasi jaman karena buah pikiran Homer dan Begawan Vyasa tersebut telah ditulis dan didokumentasikan. Lalu apa jadinya jika konsep kenegaraan yang disampaikan Plato hanya diungkapkan secara lisan, tentunya hanya akan menjadi omong kosong tanpa bukti, tetapi dengan adanya dokumen tertulis semuanya dapat diingat dan menjadi bahan pelajaran yang sangat bermanfaat bahkan dijadikan kiblat dalam ilmu tata negara.

"Saya mengerti maksudnya dan terpikir, tetapi saya tidak tahu harus seperti apa menulisnya." Itulah salah satu keluhan yang pernah terdengar. Menulis, terdengar sederhana tetapi ternyata tidak sesederhana  jika kita memiliki ide dalam benak yang perlu diungkapkan dalam sebuah dokumen. Di dunia pendidikan pelajaran menulis adalah mata pelajaran yang wajib, tetapi nampaknya membuat suatu tulisan yang terarah dengan konsep yang jelas dan sistematis serta dapat dipahami dengan baik masih menjadi kendala bagi banyak orang.

Bahasa lisan dan bahasa tulisan merupakan hal yang melekat dalam kehidupan manusia. Lisan merupakan ungkapan dari perkataan seseorang yang terjadi sehari-hari, bisa terjadi secara spontan dan mengalir, serta perkataan diucapkan berdasarkan cara berkomunikasi dari orang yang tersebut. Tulisan merupakan dokumentasi dari bahasa lisan yang dibuat untuk kebutuhan arsip atau sesuatu yang lebih formal. 

Perbedaannya seringkali bahasa tulisan perlu diungkapkan lebih sistematis, terarah dan formal. Mengkonversi bahasa lisan menjadi bahasa tulisan memang membutuhkan keahlian dan latihan.

Saya sering menemukan dokumen dengan kebutuhan yang formal seperti halnya surat edaran ketentuan atau peraturan suatu perusahaan, petunjuk pelaksanaan atau bahkan laporan yang ditulis dengan gaya bahasa tulisan yang mohon maaf saya katakan sangat tidak layak. Pada awalnya, saya pun meremehkan pentingnya bahasa tulisan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menulis. Tetapi setelah mendapatkan kenyataan tersebut, pandangan saya mengenai bahasa tulisan pun berubah.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa jika kita ingin sukses dalam berkarir, cobalah untuk mengungkapkan ide atau gagasan dalam tulisan. Saya setuju dengan pendapat itu, karena dengan melalui bahasa tulisan maka ide yang kita miliki dapat disampaikan secara lebih terarah dan tentunya harus dapat dipahami. Dengan kata lain, melalui bahasa tulisan kita diajarkan untuk melatih mematangkan ide dan gagasan yang kemudian dapat dijadikan konsep yang lebih matang.

Tulisan merupakan anugerah, dan karya tulis adalah berkat dalam peradaban umat manusia. Semua hal yang terjadi di masa lalu dapat diketahui dengan lebih baik jika ada dokumentasi dalam tulisan. Hal positif lainnya yang dapat diperoleh melalui bahasa tulisan adalah kita dapat saling membagikan ide, informasi, pengetahuan. Dan tentunya hal itu membutuhkan tata bahasa yang baik. Tentunya kita tidak akan nyaman membaca buku atau bahkan artikel yang bahasa tulisannya tidak tertata dengan baik.

Di era modern seperti saat ini, media untuk menulis sangat banyak dengan jaringan yang sangat luas berkat adanya internet. Namun, hal harus kita ingat, tulisan dapat menjadi hal yang berguna dan sebaliknya dapat bersifat destruktif. Sehinga bagi kita yang gemar menulis tulislah hal-hal yang positif, hal yang membangun dan bermanfaat, agar kelak buah pikir kita menjadi sesuatu yang berguna bagi umat manusia. 

Tulisan mengenai hal yang negatif atau bersifat destruktif tidak hanya memberikan pengaruh yang buruk bagi umat manusia, namun kelak akan membuat nama si penulis itu menjadi jelek pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline