Lihat ke Halaman Asli

8.5 juta per-Bulan untuk Mendengarkan Orang

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum makan siang, Saya mau menuliskan 1 anekdot lagi... kali ini mengenai kemajuan bangsa kita :) Pada bulan April 2011, di kantor Saya diadakan Rakernas untuk program kerja 2011-2012 yang dihadiri oleh seluruh team se-Indonesia di Jakarta. Kelihatannya banyak, tetapi team kita masih kecil, kurang dari 50 orang yang hadir. Pada kesempatan ini, Saya sempat mendengarkan pemaparan dari Stakeholder perusahaan yang mengatakan bahwa pendapatan per-kapita Indonesia sudah diatas US$ 3.900 di tahun 2010 dan akan terus merangkak naik sampai US$ 8.000 dalam 5 tahun ke depan. Wah, setelah itu, Saya jadi terngiang-ngiang sampai beberapa waktu lamanya. Itu artinya kita akan mendekati saudara kita di Thailand dengan US$ 8.500. Malaysia sedikit lebih jauh di US$ 13.500. Philippines saat ini di level US$ 3.3oo. Lupakan Singapore dan Brunei deh, nanti Anda ndak mau baca tulisan Saya lagi deh karena kejauhan :) Yang menariknya adalah populasi Indonesia jauh di atas Thailand [68 juta] dan Malaysia [27 juta]. Pada Saat Indonesia [230 juta] harus mengembangkan dirinya menjadi dua kali lipat, itu sama dengan Malaysia meningkatkan GDP  menjadi hampir 17x lipat [1700%] dan Thailand 6.7x lipat [670%]. Tentu bukan PR yang mudah dan sederhana. Oh ya, data-data yang Saya pakai disini bisa di google semua lho. Tidak akan Saya cantumkan sumber-sumber-nya. Saya coba membedah lagi. Di Jakarta, income per-capita adalah US$10.000 dengan penduduk 10 juta jiwa. Artinya, Jakarta menyumbangkan US$100 miliar GDP untuk Indonesia dari total US$ 897 milliar. Secara matematika, bila kita take-out penduduk Jakarta, Income per-Capita Indonesia menjadi US$ 3600 - turun 7.7%. Ini semua kira-kira saja yah. Saya mau coba highlight Jakarta: dari 10 juta orang, hanya 13% yang dikatakan kalangan yang memiliki kecukupan. Artinya 1.3 juta orang yang menikmati kehidupan di atas rata-rata - mereka terdiri dari kalangan pengusaha, karyawan senior, pejabat negara dan lain-lain. Saya tidak akan mengulas pengusaha atau pekerja, mungkin lebih mau mempelajari tentang pejabat negara / wakil rakyat. Selain DPR dan MPR, sebetulnya camat, walikota, gubernur dan yang lebih tinggi lagi, semua juga wakil rakyat, tetapi nanti tulisan Saya jadi kepanjangan. Fokus dengan yang DPR dulu yah. Ada 560 orang anggota DPR dari berbagai fraksi dan daerah di Jakarta Raya ini. Mereka semua duduk di kantornya di Senayan. Sebentar lagi mereka akan menikmati kantor baru [ndak tahu deh jadi atau tidaknya] dengan kapasitas yang lebih besar lagi. Pekerjaan mereka tidak mudah, mengurusi negara yang luar biasa besar, kaya dan beraneka ragam-nya ini. Dibawah ini, Saya lampirkan data penghasilan per-bulan seorang wakil rakyat: [caption id="attachment_138824" align="aligncenter" width="633" caption="Data Penghasilan Anggota DPR"][/caption] Ini adalah penghasilan bulanan rutin, di tunjangan dari rapat kerja, kunjungan kerja, dll. Nilai per-hari-nya dari setiap kegiatan tersebut sangat fantastis juga. Sekali kunjungan bisa memperoleh 15 juta-an lagi. Per-tahun sekitar 600 juta-an untuk basic-nya saja - Sekitar US$ 70.000 / tahun. Untuk mengetahui lebih detail mengenai besarnya penghasilan, Anda bisa melihat ke website http://www.ahok.org. Beliau memaparkan cukup detail 'penghasilan' yang beliau terima. Nah, sebetulnya Saya mau memberikan perhitungan yang lebih detail lagi mengenai penghasilan penduduk Jakarta, sehubungan dengan penghasilan para wakil rakyat ini dan perkembangan GDP Indonesia. Tetapi apa daya kebutuhan perut sudah memanggil. Saya lanjutkan lain waktu sambil Anda dan Saya memikirkan, apakah suara Anda dan Saya terdengar? Kan kita sudah bayar 8.5 juta per-bulan? Mohon maaf kalau ada yang tersentil, ini cuma anekdot, jangan terlalu serius yah. Semuanya bisa di google kok :) Selamat Makan Siang. Andry Lie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline