Lihat ke Halaman Asli

(Budaya dan Kesehatan) Budaya Konsumsi Daun Kelor pada Suku Muna

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap suku di Indonesia memiliki budaya masing-masing yang merupakan ciri khas suku itu sendiri. Budaya orang Jawa dengan orang Aceh pasti berbeda, budaya orang Papua dengan orang Sunda pasti berbeda. Walaupun ada beberapa yang sama, tetapi jumlahnya sedikit sekali dan dari budaya yang sama tersebut biasanya berbeda alasan dan pemaknaannya. Secara sederhana, budaya dalam konteks kesukuan mengandung arti sesuatu yang telah mendarah daging, diterapkan dari generasi ke generasi. Budaya yang dianut oleh suatu komunitas masyarakat dalam hal ini suku-suku, berpengaruh besar terhadap status kesehatannya. Hal ini dikarenakan cakupan budaya itu luas, mulai dari cara hidup, personal hyegene, sampai pada preferensi pemilihan makanan. Suku yang membiasakan diri mengkonsumsi makanan sehat, akan jarang mengalami penyakit. Pengobatannya pun cukup dengan makanan sehat.
Suku Muna adalah salah satu suku yang mendiami sebagian besar pulau Muna yang berada di Propinsi Sulawesi Tenggara. Diperkirakan nenek moyang suku Muna lebih berkerabat dekat dengan nenek moyang suku Papua dibanding dengan nenek moyang dari rumpun Melayu. Hal ini berdampak pada ciri-ciri fisik orang Muna, yakni berkulit gelap, rambut ikal, dan hidung pesek. Tidak terkecuali dengan suku Muna, suku ini memiliki kebudayaan sendiri. Salah satunya adalah mengkonsumsi daun kelor.
Budaya mengkonsumsi daun kelor pada suku Muna telah ada sejak zaman dahulu. Tidak ada yang tahu pasti kapan dimulainya. Yang jelas tanaman kelor menjadi primadona dalam bidang sayur bagi suku Muna. Tanaman ini dibudidayakan hampir di setiap rumah tangga dengan cara ditanam di pekarangan rumah. Bagian yang digunakan dalam tanaman kelor ini adalah daun dan bijinya. Bagian tersebut diolah untuk dikonsumsi menjadi sayur. Sayur tanaman kelor merupakan hidangan wajib dalam setiap sesi makan rumah tangga.
Tanaman kelor itu sendiri memiliki nama latin yakni Moringa oleifera. Secara umum tampilan fisik dari tanaman Moringa oleifera ini adalah tumbuhan yang memiliki tinggi batang sekitar 7 sampai 11 meter. Daunnya berbentuk oval telur dengan ukuran kecil yang memiliki susunan majemuk dalam satu tangkai. Memiliki bunga berwarna putih kekuningan, sedangkan buahnya berbentuk segitiga memanjang.

Manfaat Daun Kelor untuk Kesehatan
Daun kelor yang selama ini dikonsumsi hanya sebagai sayur pelengkap makan pada suku Muna ternyata memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan. Tanaman kelor ini bisa menjadi antioksidan, antiinflamasi, dan lain-lain karena memiliki kandungan nutrisi yang kaya dan banyak. Sebagai contoh, kandungan vitamin C pada kelor lebih besar 7 kali lipat daripada kandungan vitamin C pada jeruk. Tanaman kelor mengandung vitamin A 4 kali lipat daripada kandungan wortel, begitu pula dengan kandungan kalsium dalam susu, masih kalah dibandingkan kandungan kalsium pada tanaman kelor. Sehingga tanaman kelor ini dapat diolah menjadi obat berbagai macam penyakit.
Informasi ini tentu menarik perhatian, apalagi mengingat tanaman kelor ini ternyata telah dan sedang diteliti oleh berbagai universitas dunia dan organisasi dunia untuk dimaksimalkan penggunaannya. Berbagai penelitian telah dilakukan. Berbagai jurnal telah diterbitkan. Kita dapat mengecek sendiri di internet berbagai kajian ilmiah yang telah diunggah tentang manfaat tanaman kelor. Gunakan saja keyword ‘moringa’ di search engine, maka kita akan disuguhkan hasil yang luar biasa. Bahkan di berbagai belahan dunia, kelor telah diolah menjadi berbagai macam wujud, ada yang berbentuk tepung, kapsul, serbuk dan bahkan dalam bentuk teh. Tidak usah terlalu jauh, bahkan di Malang, Kepala Dinas Kesehatannya menggalakkan konsumsi kelor untuk memperbaiki gizi masyarakat.

Rekomendasi
Tentu sebagai putra Muna asli, kami merasa bahagia mengetahui bahwa ternyata budaya konsumsi daun kelor sangat bermanfaat bagi kesehatan. Kami berharap budaya ini terus digalakkan demi memperbaiki kondisi gizi di daerah Muna dimana kasus gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan yang besar.
Tentunya hal ini tidak akan berjalan sukses tanpa bantuan semua pihak. Mulai dari masyarakat yang melakukan pembudidayaan dan konsumsi, hingga pemerintah yang mengolah kelor ini dalam berbagai bentuk agar dapat dinikmati semua lapisan masyarakat. Sekali lagi semua pihak terlibat aktif dalam promosi daun kelor agar dikonsumsi
Ane soano intaidimu, ahae tora (kalau bukan kita, siapa lagi) ?
Ane soano ampa aitu, naefie tora (kalau bukan sekarang, kapan lagi) ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline