Lihat ke Halaman Asli

Andri Zulfikar

Penulis dengan beragam cerita

Perjalanan ke Tugu Khatulistiwa

Diperbarui: 5 September 2019   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Setelah hampir vakum 5 tahun dalam dunia tulis menulis, sekarang saya aktif lagi dan akan menulis banyak sekali hal-hal yang pernak-pernik kecil ke depannya, semoga para Kompasianer dapat menikmati tulisan-tulisan saya ini. 

Saya akan memulainya dari perjalanan ke tempat-tempat unik di Nusantara, karena bagi saya Indonesia adalah bumi Nusantara yang tak akan pernah habis-habisnya untuk digali. 

Perjalanan kali ini adalah ke Tugu Khatulistiwa yang terletak persis di titik 0 (nol) derajat, alias Equator, alias Garis Khatulistiwa. Tugu Khatulistiwa ditemukan oleh para peneliti Belanda yang sudah lama sekali penasaran dengan sebuah pertanyaan, di Kota manakah titik Nol berada di muka bumi ini? Setelah melalui pencarian yang panjang, sampailah sebuah ekspedisi Internasional tersebut ke Kota Pontianak, 31 Maret 1928. 

Titik tonggak equator kemudian dibuat hanya berbentuk tonggak dengan anak panah. Dua tahun kemudian (1930) tim ekspedisi kembali datang untuk menyempurnakan tonggak anak panah yang ada dengan menambahkan lingkaran dan anak panah. 

Delapan tahun kemudian Kepala Zenie di Pontianak Kalimantan Barat yang dijabat oleh Friedrich Silaban (beliau juga arsitek yang membangun Masjid Istiqlal atas perintah Presiden Soekarno) membangun tugu Asli Khatulistiwa, yang sampai hari ini masih ada di dalam Museum Tugu Khatulistiwa. 

Sebuah kehormatan dan kebanggaan bagi warga Kalimantan Barat, keberadaan Tugu Khatulistiwa telah menjadi magnet wisatawan mancanegara. Hampir setiap hari selalu saja ada turis dari negeri Jiran dan Manca Negara yang datang ke Tugu Khatulistiwa. 

Apalagi di momen-momen penting saat titik kulminasi matahari (posisi dimana Matahari tepat garis lurus di atas garis Equator jam 12.00) yang jatuh setahun 2 kali saja, 21-23 Maret dan 21-23 September. 

Ada fenomena ajaib, yakni tegaknya telur, karena gravitasi bumi tegak lurus dengan matahari, sehingga membuat telur tegak berdiri. Fenomena alam keajaiban Semesta ini adalah tanda kebesaran Tuhan yang dapat disaksikan di momen titik kulminasi tersebut. 

Fenomena alam yang lain yang juga terjadi pada 2 tanggal tersebut adalah fenomena  hari tanpa bayangan yang sering dikatakan para ahli dengan istilah Equinox. 

Ada fenomena menarik lainnya di Tugu Khatulistiwa yakni lokasi Tugu itu sendiri yang merupakan satu-satunya Ibukota Propinsi di Dunia yang dilalui oleh Garis Khatulistiwa. Selamat berkunjung ke Kota Khatulistiwa dan selamat menyaksikan fenomena alam Hari Tanpa Bayangan. Ditunggu kehadirannya di tanggal 21-23 September 2019 ini. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline