Bagian 1: Suara Saksofon di Tengah Malam
Aku terbangun di tengah malam. Bukan karena mimpi buruk, melainkan karena suara cekikikan kakak perempuanku yang sedang menelepon kekasihnya di ranjang atas. Kasur kami bersusun, aku di bawah, dia di atas. suaranya samar bercampur dengan suara televisi yang masih menyala. Aku mengusap mataku yang masih berat, mencoba kembali tidur, tapi suara dari layar televisi menarik perhatianku.
Dengan mata setengah terbuka, aku melihat layar TV. Seorang pria berdiri di atas panggung kecil, meniup saksofon dengan elegan dan penuh penghayatan. Di depannya, berdiri seorang wanita mungil bergaun merah muda menatapnya dengan kagum dan tersipu malu. Aku tidak tahu siapa mereka atau drama apa yang sedang diputar, tapi adegan itu terasa… berbeda.
Aku tidak berpikir terlalu lama dan kembali menarik selimut.
Keesokan harinya di sekolah, aku mendengar teman-teman sekelasku tengah membicarakan sesuatu yang terdengar familiar.
“Iya, ganteng banget! Apalagi pas main saksofon itu!” kata salah satu dari mereka dengan antusias.
Aku berhenti sejenak. Rasanya tidak asing. Itu seperti adegan yang aku lihat semalam!
“Apa sih yang kalian bicarakan?” tanyaku akhirnya.
Mereka menoleh padaku dengan ekspresi terkejut. “Hah? Kamu nggak tahu? Itu dari drama Boys Before Flowers! Kamu harus nonton!”
Aku mengangkat bahu. Aku tidak tertarik. Tapi sepertinya, aku tidak akan bisa menghindarinya begitu saja.
**