Lihat ke Halaman Asli

Andriyanto

Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

Menelisik Kesultanan Buton: Keberhasilan Menjaga Kedaulatan dan Kemerdekaan

Diperbarui: 16 Desember 2024   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Keraton Buton dengan Benteng Terluas di Dunia, Kesultanan yang Tak Pernah Dijajah (https://turgo.id)

Kesultanan Buton adalah salah satu kerajaan di Nusantara yang berhasil mempertahankan kedaulatannya meski menghadapi tekanan dari penjajah dan konflik regional. Terletak di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, kesultanan ini memiliki sejarah panjang yang penuh dengan perjuangan dan strategi cerdas dalam menjaga kemerdekaan. Keberhasilan ini tak hanya didukung oleh kekuatan militer, tetapi juga oleh sistem pemerintahan yang solid, hubungan diplomatik yang bijaksana, dan lokasi geografis yang strategis. Artikel ini akan menelusuri sejarah dan faktor-faktor kunci di balik keberhasilan Kesultanan Buton.

Sejarah Kesultanan Buton

Awal Mula Kesultanan Buton

Kesultanan Buton berdiri pada tahun 1332 M sebagai kelanjutan dari sebuah kerajaan kecil yang dipimpin oleh kelompok adat Mia Patamiana. Awalnya, Buton merupakan kerajaan tradisional yang berbasis pada adat dan budaya lokal. Namun, memasuki abad ke-16, Islam mulai menyebar di wilayah ini melalui tokoh seperti Sayid Jamaluddin al-Kubra. Penyebaran Islam membawa perubahan besar pada sistem sosial dan politik kerajaan. 

Transformasi signifikan terjadi di bawah kepemimpinan Raja Halu Oleo, yang memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Qaimuddin. Sebagai sultan pertama, ia menerapkan syariat Islam sebagai dasar pemerintahan. Hal ini mengukuhkan Kesultanan Buton sebagai entitas politik yang lebih besar dan kuat. 

Sistem Pemerintahan yang Solid 

Kesultanan Buton dikenal memiliki struktur pemerintahan yang rapi dan berfungsi efektif. Sistem pemerintahan dibagi menjadi tiga lembaga utama: Sara Pangka (eksekutif), Sara Gau (legislatif), dan Sara Bitara (yudikatif). Sultan menjadi pemimpin tertinggi, namun ia didukung oleh pejabat berpengalaman untuk menjalankan pemerintahan. 

Sistem ini menciptakan keseimbangan kekuasaan yang menjaga stabilitas dan efisiensi. Dengan pemerintahan yang solid, Buton mampu menghadapi tantangan eksternal dan menjaga stabilitas di dalam negeri, memastikan kelangsungan kedaulatan selama berabad-abad.

Faktor-Faktor Keberhasilan Mempertahankan Kedaulatan

Letak Strategis Pulau Buton

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline