Festival Hantu adalah salah satu festival tradisional yang dirayakan di beberapa negara Asia Timur dan Tenggara, termasuk Tiongkok, Taiwan, Malaysia, Vietnam, dan Singapura. Perayaan ini berlangsung pada tanggal 15 malam bulan ketujuh dalam kalender lunar, yang pada tahun 2024 jatuh pada hari Minggu, 18 Agustus.
Dikenal dengan nama Zhongyuan Jie dalam Taoisme dan Yulanpen Jie dalam Buddhisme, festival ini berkaitan dengan keyakinan bahwa pada bulan ketujuh, pintu dunia bawah terbuka, memungkinkan arwah-arwah leluhur serta roh-roh lainnya mengunjungi dunia manusia. Selama sebulan penuh, orang-orang merayakan dan menghormati arwah-arwah ini melalui berbagai tradisi dan ritual.
Latar Belakang dan Sejarah Festival
Festival Hantu memiliki akar yang dalam dalam tradisi Buddhisme dan Taoisme, dengan pengaruh kuat dari kisah Maudgalyayana dalam Buddhisme. Kisah ini menyoroti tindakan kebajikan sebagai cara untuk membebaskan arwah-arwah dari penderitaan, khususnya roh-roh lapar yang tidak bisa mendapatkan kedamaian. Di sisi lain, dalam kepercayaan Taoisme, festival ini terkait erat dengan Dewa Zhongyuan, penguasa dunia bawah, yang dipercaya membuka pintu alam roh pada tanggal 15 bulan ketujuh kalender lunar.
Pada masa ini, arwah-arwah dipercaya kembali ke dunia manusia untuk menerima persembahan dan kebajikan dari keturunan mereka. Kombinasi antara ajaran agama dan kepercayaan rakyat ini menunjukkan bahwa Festival Hantu bukan hanya sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga fenomena budaya yang mencerminkan interaksi kompleks antara keyakinan spiritual dan tradisi masyarakat. Sejarah panjang festival ini memperlihatkan bagaimana nilai-nilai spiritual dan kebajikan telah diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Awal Mula Perayaan
Festival Hantu memiliki sejarah yang panjang dan kompleks, dengan akar yang dapat ditelusuri kembali ke periode Dinasti Han di Tiongkok (206 SM - 220 M). Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa Perayaan ini berawal dari kombinasi antara kepercayaan rakyat, ajaran Taoisme, dan pengaruh Buddhisme yang masuk ke Tiongkok pada abad pertama Masehi. Pada masa itu, keyakinan bahwa arwah leluhur tetap terhubung dengan keluarga mereka yang masih hidup menjadi dasar dari banyak ritual dan persembahan.
Buddhisme, yang mulai menyebar di Tiongkok pada masa Dinasti Han Timur, membawa pengaruh signifikan terhadap bentuk dan makna Festival Hantu. Cerita tentang biksu Maudgalyayana yang menyelamatkan ibunya dari penderitaan di dunia bawah menjadi bagian penting dari narasi perayaan ini. Ritual Yulanpen, yang diadakan untuk mengumpulkan kebajikan bagi arwah-arwah yang terjebak di alam preta (roh lapar), mulai diintegrasikan dengan tradisi lokal. Seiring waktu, perayaan ini berkembang dan mendapatkan tempat penting dalam kalender ritual masyarakat China dan negara-negara lain di Asia Timur dan Tenggara.
Tujuan dan Makna Festival
Tujuan utama dari Festival Hantu adalah untuk menghormati leluhur dan menenangkan arwah-arwah yang mungkin lapar atau marah. Tradisi ini mencerminkan keyakinan bahwa arwah-arwah yang tidak mendapat perhatian atau persembahan bisa mendatangkan malapetaka bagi keluarga mereka yang masih hidup. Oleh karena itu, selama festival ini, keluarga-keluarga di seluruh wilayah Asia Timur dan Tenggara memberikan persembahan makanan, membakar uang kertas palsu, dan melakukan ritual lainnya untuk memastikan bahwa leluhur mereka merasa dihormati dan puas.