Lihat ke Halaman Asli

Andriyanto

Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

Bagaimana Taiwan Terpisah dari Tiongkok: Sejarah dan Konflik Lintas Selat

Diperbarui: 16 Januari 2024   08:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Two elves and a scroll: China military releases animation on Taiwan ‘reunification’ - BusinessWorld Online (bworldonline.com)

Taiwan adalah sebuah pulau yang terletak di lepas pantai timur Tiongkok, yang memiliki luas sekitar 36.000 km2 dan populasi sekitar 23 juta jiwa. Taiwan memiliki sejarah yang panjang dan rumit, yang melibatkan berbagai kekuatan asing, seperti Belanda, Spanyol, Jepang, dan Amerika Serikat. Namun, konflik terbesar yang memengaruhi nasib Taiwan adalah perang saudara antara Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan Partai Nasionalis Tiongkok (KMT), yang berlangsung dari tahun 1927 hingga 1949.

Perang saudara ini mengakibatkan terpisahnya Taiwan dari Tiongkok daratan, dan menciptakan dua pemerintahan yang saling bersaing, yaitu Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di daratan Tiongkok dan Republik Tiongkok (ROC) di Taiwan. Sejak itu, hubungan antara RRT dan ROC menjadi tegang dan bermusuhan, karena RRT mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya yang harus disatukan kembali, sementara ROC menolak untuk mengakui legitimasi RRT dan berusaha mempertahankan kedaulatannya.

Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana Taiwan terpisah dari Tiongkok, apa saja faktor-faktor yang menyebabkan perpisahan ini, bagaimana perkembangan politik, ekonomi, dan sosial di kedua belah pihak setelah perpisahan ini, Artikel ini akan memberikan gambaran umum tentang sejarah dan konflik lintas selat yang kompleks dan dinamis.

Latar Belakang: Sejarah Taiwan Sebelum Perang Saudara

Sebelum membahas bagaimana Taiwan terpisah dari Tiongkok, kita perlu mengetahui sejarah Taiwan sebelum perang saudara. Taiwan pertama kali dihuni oleh orang-orang Austronesia, yang merupakan nenek moyang penduduk asli Taiwan saat ini. Orang-orang Austronesia tiba di Taiwan sekitar 6.000 tahun yang lalu, dan membentuk berbagai suku dan budaya.

Pada abad ke-16, Taiwan mulai dikenal oleh bangsa Eropa, terutama Belanda dan Spanyol, yang tertarik dengan lokasi strategis dan sumber daya alam pulau tersebut. Belanda mendirikan pos perdagangan di selatan Taiwan pada tahun 1624, sementara  Spanyol mendirikan pos perdagangan di utara Taiwan pada tahun 1626. Kedua kekuatan kolonial ini bersaing untuk menguasai pulau tersebut, tetapi akhirnya dikalahkan oleh pasukan Zheng Chenggong (Koxinga), seorang jenderal loyalis Ming yang melawan dinasti Qing pada tahun 1662 .

Zheng Chenggong mendirikan Kerajaan Tungning di Taiwan, yang merupakan pemerintahan Han pertama di pulau tersebut. Kerajaan Tungning  bertujuan untuk merebut kembali  Tiongkok daratan dari dinasti Qing, tetapi tidak berhasil. Kerajaan Tungning akhirnya ditaklukkan oleh dinasti Qing pada tahun 1683, dan Taiwan menjadi  bagian dari provinsi Fujian .

Pada abad ke-19, Taiwan menjadi sasaran ekspansi Jepang, yang ingin memperluas pengaruhnya di Asia Timur. Jepang mencoba untuk menyerang Taiwan beberapa kali, tetapi ditolak oleh dinasti Qing dan penduduk lokal. Namun, pada tahun 1895, setelah kalah dalam Perang Sino-Jepang Pertama, dinasti Qing terpaksa menyerahkan Taiwan kepada Jepang berdasarkan Perjanjian Shimonoseki .

Jepang menjadikan Taiwan sebagai koloni pertamanya, dan melakukan berbagai kebijakan modernisasi, industrialisasi, dan asimilasi di pulau tersebut. Jepang juga membangun infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan di Taiwan, tetapi juga menindas budaya dan bahasa lokal, serta mengeksploitasi sumber daya alam. Banyak gerakan perlawanan yang muncul di Taiwan, baik dari penduduk asli maupun pendatang dari Tiongkok daratan, tetapi semuanya digagalkan oleh Jepang .

Pada tahun 1945, setelah kalah dalam Perang Dunia II, Jepang menyerahkan Taiwan kepada sekutu, yang kemudian menyerahkannya kepada pemerintah Republik Tiongkok (ROC) yang dipimpin oleh Partai Nasionalis Tiongkok, Kuo Min Tang (KMT). KMT adalah partai politik yang didirikan oleh Sun Yat-sen pada tahun 1912, yang bertujuan untuk menggulingkan dinasti Qing dan mendirikan republik di Tiongkok. KMT berhasil mengakhiri era kekaisaran di Tiongkok pada tahun 1911, tetapi tidak bisa mempersatukan negara yang terpecah-pecah akibat perang saudara dan intervensi asing .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline