Lihat ke Halaman Asli

Andriyanto

Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

Suku Hani: Budaya Terasering di Lereng Pegunungan

Diperbarui: 1 Oktober 2023   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://www.touropia.com/gfx/b/2013/10/sapa-1.jpg

Suku Hani adalah salah satu dari 56 kelompok etnik yang diakui secara resmi oleh pemerintah Tiongkok. Mereka berjumlah sekitar 1,6 juta jiwa dan sebagian besar tinggal di sepanjang Sungai Hong di provinsi Yunnan bagian selatan. Banyak juga orang Hani yang tinggal di Vietnam, Laos, Myanmar, dan Thailand.

Orang Hani memiliki budaya yang kaya dan beragam. Mereka terdiri dari beberapa subkelompok yang memiliki pakaian, adat istiadat, dan kepercayaan yang berbeda-beda. Beberapa subkelompok yang terkenal adalah Akha, Bi-Ka, Haoni, Kaduo, dan Qidi. Mereka merayakan berbagai festival sepanjang tahun, seperti Festival Air Panas, Festival Panen Baru, dan Festival Api.

Salah satu ciri khas budaya suku Hani adalah tradisi bercocok tanam padi di sawah terasering yang dibangun secara turun-temurun di lereng pegunungan. Sawah terasering ini merupakan salah satu lanskap paling menakjubkan di dunia, yang mencerminkan harmoni antara manusia dan alam. Sawah terasering ini juga telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 2013.

Sejarah Sawah Terasering Suku Hani

Sawah terasering suku Hani adalah hasil dari kerja keras dan kearifan orang-orang Hani yang telah mengembangkan sistem irigasi yang canggih dan berkelanjutan selama lebih dari 1.300 tahun. Sistem irigasi ini memanfaatkan air dari hutan, sungai, dan mata air di pegunungan untuk mengairi sawah terasering, sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem di daerah tersebut.

Menurut legenda, orang-orang Hani berasal dari dataran tinggi Tibet. Mereka kemudian berpindah ke daerah barat daya Tiongkok untuk mencari tanah yang lebih subur dan cocok untuk bercocok tanam. Namun, mereka menemukan bahwa tanah di sana sangat curam dan tandus. Oleh karena itu, mereka mulai membangun sawah terasering dengan cara menggali tanah dan menumpuk batu untuk membuat tanggul. Mereka juga membuat saluran air untuk mengalirkan air dari sumber-sumber alami ke sawah terasering mereka.

Dengan cara ini, orang-orang Hani berhasil mengubah lahan yang tidak produktif menjadi lahan yang subur dan hijau. Mereka juga berhasil menciptakan sebuah sistem pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sawah terasering mereka tidak hanya memberikan hasil panen yang melimpah, tetapi juga membantu menjaga keseimbangan air, tanah, dan iklim di daerah tersebut.

Keindahan Sawah Terasering Suku Hani

Sawah terasering suku Hani memiliki keindahan yang luar biasa, yang menarik banyak wisatawan dari dalam dan luar negeri. Sawah terasering ini memiliki warna-warna yang berbeda-beda sesuai dengan musim dan waktu. Pada musim semi, sawah terasering berwarna hijau karena tanaman padi mulai tumbuh. Pada musim panas, sawah terasering berwarna kuning karena padi mulai masak. Pada musim gugur, sawah terasering berwarna coklat karena padi telah dipanen. Pada musim dingin, sawah terasering berwarna putih karena tertutup salju atau es.

Sawah terasering ini juga memantulkan cahaya matahari dengan cara yang spektakuler, membuatnya tampak seperti cermin atau mozaik yang berkilauan. Sawah terasering ini terlihat paling fotogenik pada bulan-bulan antara November sampai April, ketika terasering yang tergenang air bak cermin yang memantulkan cahaya matahari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline