Hassasin adalah sebuah kelompok penganut Syiah Ismailiyah Nizari yang terkenal karena melakukan pembunuhan-pembunuhan terhadap pemimpin-pemimpin Muslim dan Kristen yang dianggap sebagai musuh atau ancaman bagi negara Ismaili. Mereka didirikan oleh Hasan-i Sabbah, yang merebut benteng Alamut di Iran dan menjadikannya sebagai markas besar mereka. Mereka juga memiliki beberapa benteng lain di Iran, Irak, Suriah, dan Lebanon. Mereka terkenal karena menggunakan cara-cara rahasia dan terencana dalam operasi-operasi mereka, serta menyamar sebagai orang-orang dari berbagai latar belakang dan kebudayaan.
Nama hassasin berasal dari kata Arab al-hasyasyin, yang berarti "pemakan hashish" atau "pengikut Hassan". Hashish adalah sejenis narkotika yang konon digunakan oleh hassasin untuk membangkitkan semangat dan keberanian mereka. Hassan adalah nama pendiri mereka, Hasan-i Sabbah. Namun, ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa nama hassasin berasal dari kata asasiyun, yang berarti orang-orang yang taat pada asas, yaitu dasar dari keyakinan mereka.
Hassasin adalah salah satu cabang dari Syi'ah Ismailiyah, yang berbeda dengan Syi'ah Dua Belas yang mayoritas di Iran. Mereka percaya pada imamat dari tujuh imam dan kepemimpinan Aga Khan sebagai pemimpin spiritual mereka. Mereka juga memiliki pandangan-pandangan yang heterodoks dan berbeda dengan aliran-aliran Islam lainnya.
Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang asal-usul, sejarah, metode, contoh, dan akhir dari hassasin, serta warisan mereka dalam sejarah, budaya, dan bahasa.
Asal-usul Hassasin
Hassasin berasal dari Syi'ah Ismailiyah, sebuah cabang dari Islam Syiah yang mengikuti garis keturunan imam dari Ismail bin Jafar. Ismail bin Jafar adalah putra tertua dari Ja'far al-Sadiq, imam keenam menurut Syi'ah Dua Belas. Namun, Ismail bin Jafar meninggal sebelum ayahnya, sehingga menimbulkan perselisihan tentang siapa yang berhak menjadi imam selanjutnya. Sebagian besar Syi'ah Dua Belas mengikuti adik Ismail bin Jafar, Musa al-Kadhim, sebagai imam ketujuh. Namun, sebagian kecil Syi'ah Ismailiyah menganggap bahwa Ismail bin Jafar tidak benar-benar meninggal, melainkan disembunyikan oleh Allah sebagai imam tersembunyi.
Syi'ah Ismailiyah kemudian terpecah menjadi beberapa kelompok lagi, salah satunya adalah Nizari Ismailiyah. Nizari Ismailiyah mengikuti garis keturunan imam dari Nizar bin al-Mustansir Billah, imam kesepuluh menurut Syi'ah Ismailiyah. Nizar bin al-Mustansir Billah bersaing dengan adiknya, al-Musta'li Billah, untuk menjadi khalifah Fatimiyah di Mesir. Namun, Nizar bin al-Mustansir Billah dikalahkan dan dibunuh oleh pasukan al-Musta'li Billah pada tahun 1097.
Salah satu pengikut setia Nizar bin al-Mustansir Billah adalah Hasan-i Sabbah, seorang pemimpin agama dan militer yang lahir di Qom pada tahun 1056. Hasan-i Sabbah belajar tentang doktrin Ismailiyah di Rayy dan kemudian bergabung dengan misi Ismailiyah di Isfahan. Ia menjadi seorang dai, yaitu seorang misionaris yang bertugas menyebarkan ajaran Ismailiyah dan merekrut pengikut baru.
Hasan-i Sabbah menghadapi banyak tantangan dan bahaya dalam menjalankan tugasnya, karena Ismailiyah dianggap sebagai bid'ah dan sesat oleh kebanyakan Muslim Sunni dan Syi'ah Dua Belas. Ia juga berseteru dengan Nizam al-Mulk, wazir dari dinasti Seljuk yang berkuasa di Iran dan Irak. Nizam al-Mulk berusaha untuk menumpas pengaruh Ismailiyah dengan menggunakan kekuatan militer dan propaganda.
Pada tahun 1090, Hasan-i Sabbah berhasil merebut benteng Alamut, sebuah benteng gunung yang terletak di Qazvin, Iran. Ia menjadikan benteng ini sebagai markas besar dan pusat kegiatan politik dan agama dari Nizari Ismailiyah. Ia juga mengirimkan dai-dai dan mata-mata ke berbagai wilayah untuk menarik pengikut-pengikut baru dan mengumpulkan informasi tentang musuh-musuhnya.