Lihat ke Halaman Asli

Tato Sebagai Budaya Populer Kaum Muda

Diperbarui: 17 Mei 2016   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar Belakang

Tato mengalami masa kelam di Indonesia pada era orde baru karena pada masa itu banyak orang yang bertato “hilang”. Tato sebagai simbol kriminal merupakan landasan pemikiran pemerintah pada waktu itu. Operasi Petrus (penembak misterius) pada tahun 1983-1984,preman yang dinyatakan pengganggu ketertiban nasional mengisyaratkan tato yang digunakannya membawa stigma yang mengerikan. Era orde baru ini kemudian membangun opini dimasyarakat terhadap dunia kriminalitas bahwa pelakunya memiliki tato. Peran media pada waktu itu juga berpengaruh membangun opini masyarakat, beberapa media cetak dan eletronik menyajikan berita dunia kriminal dan sengaja atau tidak pelakunya bertato, contoh : “7 Penjahat Jalanan Bertato Diringkus Polisi”. Padahal tidak semua orang yang bertato adalah penjahat.

Bila ditinjau lebih jauh Indonesia memiliki kebudayaan tato. Masyarakat tradisional Mentawai dan Dayak misalnya, menjadikan “tato” sebagai ragam makna dan fungsi. Ia memiliki pranata sosial-budaya yang meliputi ekonomi, kesehatan, kepercayaan, teknologi, keahlian, hingga sekedar hiasan pada tubuh. Fungsi tato sebagai jati diri suku menjadikannya kedudukan utama, karena dengan penatoan akan mengidentifikasi dan mengkomunikasikan batas wilayah kesukuan. Tidak hanya itu tato dipercaya sebagai sebuah kegiatan sakral yang dihubungkan dengan berbagai aspek kebudayaan.

Setelah runtuhnya orde baru dan memasuki era reformasi kini tato menjadi tren dengan meningkatnya pengguna dan penggemarnya. Terlepas dari baik buruk pandangan masyarakat, tato menjadi budaya populer masyarakat terutama kaum muda. Terbukti beberapa entertainer, model, dan para selebritis mulai membuat ciri khas dirinya melalui tato. Tato yang pada awalnya merupakan wujud jati diri beralih menjadi pelengkap gaya hidup secara tidak langsung membuat image masyarakat mengenai tato menjadi lebih baik dan tidak dipandang sebagai hal yang negatif lagi.

Pembahasan Permasalahan

Pengertian Tato dan Budaya Populer

Tato

Istilah tato di berbagai belahan dunia hampir sama diantaranya adalah tatoage, tatouge, tatorwier, tatuaggio, tatuar, tatuaje, tattoos, tattueringar, tatuagensdantatu.

Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia, tato adalah gambar (lukisan) pada kulit tubuh. Sedangkan menato adalah melukis pada kulit tubuh dengan cara menusuk kulit dengan jarum halus kemudian memasukkan zat warna kedalam tusukan tersebut.[1]

Budaya Populer

Secara sederhana budaya populer lebih sering disebut budaya pop. Budaya pop merupakan fenomena yang menyangkut apapun yang terjadi disekeliling kita setiap hari. Populer itu sendiri merupakan segala sesuatu yang diterima, disukai atau disetujui oleh masyarakat.  Sedangkan budaya adalah pola yang merupakan kesatuan dari pengetahuan, kepercayaan, serta kebiasaan yang tergantung kemampuan manusia untuk belajar dan menyebarkan ke generasi selanjutnya. Salah satu penyebab diterimanya budaya pop dikalangan anak muda karena dapat mewadahi kebebasan berekspresi, sebagaimana yang dikatakan oleh Chamberlain bahwa “...satu-satunya bentuk kebudayaan yang masih diperdulikan oleh kaum muda.. yang mau menerima ide-ide radikal, yang banyak berperan penting dalam berperilaku sosial... Untuk generasi muda, segalanya mengalir lewat musik punk dan rock and roll seperti fesyen, bahasa gaul, perilaku seksual, mabuk, dan gaya (Chamberlain, 1995:1 via John Storey 2000).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline